Jangan Keliru, Yuk Kenali Ciri-Ciri Alzheimer

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Senin, 22/09/2025 17:20 WIB
Foto: Ilustrasi alzheimer (Wikipedia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setiap tanggal 21 September diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia. Peringatan ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang demensia dan Alzheimer, sekaligus mendorong dukungan bagi para pasien serta keluarga yang merawat mereka.



Menurut laporan Alzheimer's Disease International (ADI) 2019, ada lebih dari 55 juta orang hidup dengan demensia di seluruh dunia. Sebanyak 26 juta di Asia dan 1,2 juta di Indonesia.

"Jumlah tersebut diperkirakan melonjak menjadi 4 juta orang pada 2050 jika tidak ada langkah pencegahan dan penanganan sejak dini," tulis Alzheimer Indonesia dikutip dari Instagram @alzi_indonesia di Jakarta, Senin (22/9/2025).

Demensia dan Alzheimer: Apa Bedanya?
Demensia adalah istilah umum untuk penurunan fungsi otak yang mempengaruhi memori, emosi, pengambilan keputusan, hingga kemampuan berkomunikasi. Alzheimer merupakan tipe demensia paling umum di dunia, ditandai dengan penumpukan plak dan simpul protein abnormal di otak yang secara perlahan merusak sel-sel otak.

Proses degeneratif Alzheimer biasanya terjadi bertahap:
1. Plak dan simpul menyebar ke bagian otak lain, mengganggu bahasa, komunikasi, dan emosi.
2. Penderita makin sulit berbicara, mengendalikan perasaan, bahkan bisa mengalami halusinasi.
3. Kerusakan otak berlanjut ke fungsi vital tubuh, seperti pernapasan dan jantung.
4. Dampaknya tidak hanya pada pasien, tapi juga seluruh keluarga yang harus memberikan dukungan intensif.

Tema 2025: "Ask About Dementia. Ask About Alzheimer"
Tahun ini, Alzheimer's Disease International mengusung tema "Ask About Dementia. Ask About Alzheimer". Tema ini menyoroti pentingnya melawan stigma dan diskriminasi yang masih melekat pada kondisi demensia.

Survei global ADI menunjukkan, 62% tenaga kesehatan masih keliru menganggap demensia sebagai bagian normal dari penuaan, sementara 35% caregiver pernah menyembunyikan diagnosis karena stigma.

Hingga kini, obat untuk Alzheimer hanya bisa memperlambat progres penyakit, bukan menyembuhkan. Karena itu, dukungan pasca diagnosis, edukasi publik, dan keterlibatan keluarga menjadi kunci untuk menjaga kualitas hidup pasien.

Pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi, sesuai arahan dokter ahli serta tenaga kesehatan, perlu berjalan beriringan. Misalnya dengan terapi kognitif, aktivitas fisik, hingga dukungan komunitas bagi pasien dan caregiver.

Melansir Pace Hospital, Hari Alzheimer Sedunia pertama kali diperingati pada 21 September 1994 di Edinburgh, bertepatan dengan 10 tahun Alzheimer's Disease International (ADI). Sejak itu, setiap September ditetapkan sebagai Bulan Alzheimer untuk meningkatkan kesadaran global mengenai penyakit ini.

Alzheimer sendiri pertama kali diidentifikasi oleh psikiater Jerman Alois Alzheimer pada 1901, saat ia merawat seorang pasien dengan gejala kehilangan memori yang parah.



(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kosmetik RI Wajib Halal, Industri Siap?