Wah, 1 dari 3 Pekerja Mengaku Berbohong di CV Mereka

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Senin, 25/08/2025 16:05 WIB
Foto: Ilustrasi CV. (Markus Winkler via Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mencari pekerjaan di tengah persaingan ketat bukan perkara mudah. Prosesnya bisa panjang dan melelahkan, sehingga sebagian pencari kerja nekat berbohong di curriculum vitae (CV) demi terlihat lebih layak di mata perekrut.


Laporan terbaru dari FlexJobs menemukan, satu dari tiga pekerja mengaku pernah berbohong di CV mereka, mulai dari pura-pura antusias hingga menutupi celah dalam riwayat pekerjaan.

Pakar HR Hebba Youssef mengatakan, belakangan ia melihat tren meningkatnya saran di media sosial bagi kandidat untuk sekadar berbohong dalam CV maupun wawancara.

"Alasannya bisa dimengerti, hidup terlalu mahal untuk kita tidak punya pekerjaan," ujarnya dikutip dari CNBC Make It, Senin (25/8/2025).

Meski memahami kondisi tersebut, Youssef mengingatkan kebohongan biasanya bisa terdeteksi. Menurutnya, kandidat yang tidak bisa menjelaskan secara rinci pengalaman kerja yang ditulis di CV adalah tanda bahaya.

Untuk kandidat level menengah hingga senior, mereka seharusnya mampu menguraikan bagaimana kepemimpinan yang dijalankan memberi dampak nyata bagi perusahaan.

"Kamu harus bisa menjelaskan dampak dari pekerjaanmu. Kalau tidak bisa memberikan contoh dan penjelasan, itu bendera merah buat saya," kata Youssef.

Sementara untuk kandidat level pemula, meski mungkin belum punya banyak pengalaman, mereka tetap harus bisa menjelaskan alasan tertarik pada posisi yang dilamar. "Saya perlu tahu kenapa pekerjaan ini, bahkan sesederhana karena menyukai nilai-nilai perusahaan," jelasnya.

Tunjukkan Rasa Ingin Tahu dan Keterampilan Relevan
Menurut Youssef, menunjukkan rasa ingin tahu yang tulus terhadap perusahaan bisa membuat kandidat menonjol. Salah satu caranya adalah dengan mengajukan pertanyaan dalam sesi wawancara.

"Saya selalu mencari kandidat yang mau bertanya. Kalau mereka tidak bertanya, saya justru kecewa. Padahal ini kesempatan untuk menunjukkan apa yang mereka pikirkan dan alasan mereka ingin posisi ini," ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya membuat benang merah yang menghubungkan pengalaman masa lalu dengan pekerjaan yang dilamar. Bahkan pengalaman dari kerja sukarela, kuliah, atau pekerjaan lain tetap bisa relevan jika diolah dengan baik.

"Saya dulu tidak punya kesempatan magang tanpa dibayar saat kuliah, jadi saya banyak menghubungkan pengalaman kerja awal di retail dengan wawancara kerja saya," kata Youssef.

Ia menambahkan, keterampilan pelayanan pelanggan dan kerja tim yang ia dapatkan dari pekerjaan retail justru jadi nilai tambah di kariernya.

"Melakukan riset tentang perusahaan lalu menghubungkannya dengan nilai pribadi, sesuatu yang dipelajari, atau pengalaman hidup yang dimiliki bisa sangat membantu," ujarnya.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Kecantikan Tumbuh Pesat, Kemasan Jadi Kunci Daya Tarik