Fenomena Resesi Cinta, Mayoritas Gen Z Ogah Keluar Uang untuk Kencan
Jakarta, CNBC Indonesia - Generasi Z kini menghadapi fenomena baru yang disebut "romance recession" atau resesi percintaan. Tekanan biaya hidup tinggi, utang pendidikan, serta ketidakstabilan pasar kerja membuat banyak anak muda usia 18-28 tahun memilih untuk tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk urusan kencan.
Sebuah laporan Bank of America mengenai kesehatan finansial Gen Z menemukan, sekitar 53% pria dan 54% wanita Gen Z mengaku tidak menghabiskan sepeser pun per bulan untuk kencan.
Para pakar menilai, generasi ini memiliki pola pikir berbeda soal hubungan asmara dibanding generasi sebelumnya. Pandemi Covid-19 mengubah cara orang bersosialisasi, sementara tekanan ekonomi membuat kencan dianggap beban finansial, bukan prioritas.
"Banyak orang menyebut ini sebagai romance recession atau bahkan sex recession. Saya melihat semakin banyak anak muda menarik diri dari pasar kencan karena cemas tidak punya cukup uang untuk berkencan," ujar pelatih kencan Damona Hoffman seperti dikutip dari Market Watch di Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Bank of America mencatat, separuh responden Gen Z menganggap biaya hidup tinggi menjadi penghalang terbesar untuk mencapai kestabilan finansial. Mereka lebih khawatir soal belanja harian, sewa rumah, hingga makan di luar, ketimbang membiayai kencan.
Meski begitu, sebagian Gen Z yang tetap berkencan cenderung lebih berhati-hati. Direktur Pemasaran OkCupid, Michael Kaye mengatakan generasi ini lebih suka intentional dating alias kencan dengan tujuan jelas. Mereka mencari kecocokan dan nilai yang sama, bukan sekadar pengeluaran besar untuk kesenangan sesaat.
Sebagian lainnya bahkan merasa tidak "pantas" berkencan karena gaji rendah atau masih menanggung utang. Padahal survei OkCupid menunjukkan 68% orang bersedia berkencan dengan pasangan berpenghasilan lebih kecil, asalkan memiliki semangat atau prioritas nonmateri.
Dampak Pandemi dan AI pada Percintaan Gen Z
Pandemi mendorong Gen Z makin bergantung pada koneksi digital, mulai dari media sosial, aplikasi kencan, hingga kecerdasan buatan (AI). Studi Match Group dan Kinsey Institute pada 2025 menemukan sepertiga Gen Z sempat berinteraksi dengan AI sebagai "pasangan romantis", jauh lebih tinggi dibanding rata-rata orang dewasa AS (16%).
Namun, penelitian Pew Research 2024 menegaskan, mayoritas anak muda lebih banyak menggunakan AI untuk kerja, belajar, dan hiburan ketimbang hubungan asmara.
Di sisi lain, fenomena romance recession ini juga mempengaruhi milestone kehidupan. Data Biro Sensus AS menunjukkan, pada 1975 sebanyak 45% orang usia 25-34 tahun sudah menikah, punya anak, rumah, dan hidup mandiri. Kini, hanya 21% yang mencapai empat tahap itu.
Biaya rumah, pendidikan, hingga pengasuhan anak yang meroket membuat banyak anak muda menunda pernikahan maupun rencana berkeluarga.
Meski begitu, laporan Bank of America menyebut ada sisi positif. Sebanyak 72% Gen Z sudah melakukan langkah memperbaiki keuangan, mulai dari menabung (51%) hingga melunasi utang (24%). Mereka juga lebih terbuka dengan konsep loud budgeting atau anggaran terbuka, bahkan berani menolak ajakan nongkrong jika tak sesuai bujet.
(hsy/hsy)