
50.000 Bayi Lahir Alami Sakit Jantung Bawaan, Apa Penyebabnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang ditemukan sejak bayi dilahirkan. Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada sekitar 50.000 bayi lahir dengan PJB setiap tahun di Indonesia, dari yang ringan hingga kritis.
Penyakit Jantung Bawaan yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah Atrial Septal Defect (ASD) atau defect pada sekat jantung bagian atrium. Selain itu, terdapat juga Ventricular Septal Defect atau defek pada sekat jantung bagian ventrikel.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Asmoko Resta Permana, Sp.JP (K) dari Siloam Heart Hospital mengingatkan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat dan cepat demi menjamin kelangsungan hidup bayi.
"PJB masih menjadi masalah serius di Indonesia dan seringkali tidak terdeteksi sejak dini. Banyak pasien baru terdiagnosis sudah dewasa bahkan setelah mengalami komplikasi seperti stroke, jantung atau kematian mendadak," kata dr. Asmoko saat acara Doctor's Interview dari Siloam Heart Hospital di Jakarta Selatan, Rabu (20/8/2025).
Apa penyebab penyakit jantung bawaan pada bayi?
Faktor genetik, infeksi ibu saat hamil, konsumsi obat tertentu, diabetes, atau paparan zat berbahaya seperti alkohol dan rokok, bisa meningkatkan risiko bayi terkena PJB.
dr. Asmoko menjelaskan, tidak semua pasien PJB harus minum obat seumur hidup. Konsumsi obat sangat bergantung pada jenis kelainan, hasil operasi atau perawatan, serta kondisi jantung pasien.
Pengobatan PJB
Tindakan intervensi kardiologi anak dapat dibagi menjadi dua, yaitu intervensi bedah dan intervensi non-bedah. Selain intervensi, terdapat terapi pemberian obat-obatan seperti pada kasus kelainan otot jantung (kardiomiopati) dan hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya.
Intervensi non-bedah dapat dilakukan pada kasus patent ductus arterious, atrial septal defect, dan ventricular septal defect (VSD) tipe tertentu. Pelaksanaan intervensi non-bedah dilakukan di ruang kateterisasi jantung dan memerlukan sedasi umum.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kanker Serviks Jadi Silent Killer di RI, Begini Cara Deteksinya
