3 Reaksi Otak Saat Kaya Mendadak, Menurut Ahli Saraf MIT
Jakarta, CNBC Indonesia - Kaya mendadak adalah mimpi banyak orang. Bayangkan, tiba-tiba mendapat uang dalam jumlah besar entah dari warisan, hadiah, investasi, atau rezeki tak terduga, hidup bisa berubah seketika. Namun, tahukah Anda bahwa perubahan drastis ini tidak hanya berdampak pada keuangan, tetapi juga pada cara kerja otak?
Melansir CNBC Make It, ahli saraf dari MIT, Dr. Tara Swart Bieber, menjelaskan ada tiga hal utama yang terjadi di dalam otak ketika seseorang tiba-tiba menjadi kaya mendadak. Menariknya, reaksi tersebut tidak selalu identik dengan rasa bahagia.
Lantas, apa saja tahapan perubahan otak ketika seseorang kaya mendadak? Simak penjelasannya berikut.
1. Lonjakan Kadar Dopamin
Saat mendadak kaya, otak langsung memicu lonjakan dopamin. Dopamin adalah hormon yang menciptakan rasa senang, puas, dan bersemangat. Itulah mengapa orang yang baru kaya biasanya merasa sangat bahagia.
Namun, euforia ini tidak bertahan lama. Menurut Dr. Bieber, manusia memiliki kecenderungan untuk cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Fenomena ini disebut "Hedonic Treadmill", yaitu ketika kebahagiaan kembali ke titik normal meski status finansial melonjak.
2. Mengalami Lima Tahap Kesedihan
Menjadi kaya mendadak ternyata juga bisa memicu stres emosional. Setelah perasaan bahagia reda, seseorang berpotensi mengalami lima tahap kesedihan, mirip dengan proses berduka:
-
Penolakan - awalnya sulit percaya dengan kekayaan baru yang datang tiba-tiba.
-
Negosiasi - mulai mencari cara mengatur uang, tapi bisa merasa bersalah atau tidak pantas memilikinya.
-
Marah - muncul rasa kesal akibat tekanan sosial atau ekspektasi orang lain.
-
Depresi - merasa terbebani oleh tanggung jawab besar yang datang bersama kekayaan.
-
Penerimaan - akhirnya bisa menerima realitas baru dan beradaptasi dengan status "kaya".
3. Perubahan Cara Pandang dan Hubungan Sosial
Kaya mendadak juga berdampak besar pada hubungan sosial. Ketika orang sekitar mengetahui, biasanya muncul permintaan bantuan, ekspektasi tinggi, bahkan hilangnya privasi. Akibatnya, seseorang bisa merasa terisolasi atau sulit percaya pada orang lain.
Dr. Bieber menyebut hal ini sebagai reaksi alami otak yang lebih waspada terhadap lingkungan sosial. Untungnya, otak memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi berkat neuroplastisitas.
Agar tidak stres menghadapi perubahan, Dr. Bieber menyarankan beberapa langkah:
-
Bangun lingkaran kecil orang-orang tepercaya.
-
Rutin meditasi dan menulis jurnal untuk membantu pengambilan keputusan.
-
Terapkan gaya hidup sehat: olahraga, makan bergizi, istirahat cukup, serta latihan pernapasan dalam.
Kaya mendadak bukan hanya soal memiliki lebih banyak uang, tetapi juga tantangan besar bagi kesehatan mental dan sosial. Otak manusia akan mengalami euforia sesaat, fase emosional yang kompleks, hingga perubahan dalam cara memandang lingkungan sekitar.
Agar tidak terjebak dalam stres atau rasa terisolasi, penting untuk mengelola emosi, menjaga kesehatan mental, dan membuat batasan sosial yang sehat. Dengan begitu, kekayaan mendadak bisa benar-benar membawa kebahagiaan jangka panjang, bukan hanya kebingungan sesaat.
(dag/dag)