
Tren Baru, Anak Muda Isap Empeng Dewasa untuk Redakan Stress

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah tren unik dan kontroversial sedang ramai di kalangan anak muda China, yaitu empeng khusus untuk orang dewasa. Produk ini diklaim bisa meredakan kecemasan, membantu tidur, bahkan menghentikan kebiasaan merokok.
Empeng dewasa ini dijual dalam berbagai warna dan ukuran lebih besar dibanding versi bayi. Harganya bervariasi dari 10 yuan (sekitar Rp22 ribu) hingga 500 yuan (sekitar Rp1,1 juta). Beberapa toko online di China mengaku bisa menjual lebih dari 2.000 unit per bulan.
"Bahannya lembut, nyaman saat diisap, dan tidak mengganggu pernapasan," tulis salah satu pembeli di platform belanja daring dikutip laman South China Morning Post, Senin (4/8/2025).
Ada juga yang mengaku empeng ini efektif membantu berhenti merokok: "Saya merasa lebih tenang dan tidak gelisah saat berusaha berhenti merokok."
Beberapa pengguna lain menyebut empeng ini memberi rasa aman yang mengingatkan pada masa kecil mereka. Namun tanggapan dari kalangan medis tidak sepositif itu.
Kendati demikian para dokter memperingatkan, ada risiko kesehatan di balik kenyamanan yang ditawarkan.
Tang Caomin, seorang dokter gigi di Chengdu, Provinsi Sichuan, memperingatkan penggunaan empeng dewasa dalam jangka panjang bisa berdampak buruk pada kesehatan mulut. "Jika digunakan lebih dari tiga jam sehari, posisi gigi bisa berubah dalam waktu satu tahun. Bisa juga menimbulkan nyeri saat mengunyah dan kesulitan membuka mulut," jelas Tang.
Ia juga mengingatkan bagian dari empeng ini bisa tertelan atau terhirup secara tak sengaja saat penggunanya tertidur. Selain itu, psikolog Zhang Mo menganggap tren ini mencerminkan kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi.
"Solusi sesungguhnya bukan dengan bersikap seperti anak-anak, tapi menghadapi masalah secara langsung," katanya.
Di media sosial China, topik ini memicu perdebatan sengit dengan lebih dari 60 juta tayangan di satu platform saja. Ada yang menyindir, "Dunia ini sudah terlalu gila kalau orang dewasa butuh empeng." Komentar lain menulis, "Ini seperti membayar pajak karena kebodohan."
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tips Psikolog Hadapi Pertanyaan 'Kapan Nikah?' Saat Libur Lebaran
