Indonesia 10 Besar Kasus Kanker Ovarium di Dunia, Kenali Gejalanya

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
25 July 2025 14:45
Ilustrasi Kanker (Photo by Ave Calvar Martinez via pexels)
Foto: Ilustrasi Kanker (Photo by Ave Calvar Martinez via pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia. Setiap tahunnya, tercatat 15.130 kasus baru dengan angka kematian mencapai 9.673 jiwa, menurut data GLOBOCAN 2022.

Kendati rendahnya kesadaran masyarakat membuat sebagian besar kasus baru ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. Kanker ovarium, terutama jenis epitelial yang berkembang di lapisan luar ovarium, kerap tidak disadari karena gejala awalnya sangat umum dan ringan seperti perut kembung, nyeri panggul, atau gangguan pencernaan. Sayangnya, ketika gejala memburuk, sebagian besar pasien sudah berada di stadium 3 atau 4.

"Gejala awalnya sering dianggap biasa, sehingga baru diperiksa saat sudah parah. Padahal, kanker ovarium adalah penyebab kematian tertinggi dari seluruh kanker ginekologi," ujar dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk dalam keterangan pers, Jumat (25/7/2025).

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker ovarium antara lain riwayat keluarga dengan kanker ovarium, mutasi genetik BRCA1/BRCA2, obesitas, tidak pernah hamil, hingga menopause yang terlambat. Risiko juga meningkat seiring bertambahnya usia.

Masalahnya, belum ada metode skrining yang benar-benar akurat untuk deteksi dini kanker ovarium. Meski pemeriksaan seperti USG transvaginal dan tes darah CA-125 bisa membantu, keduanya belum cukup efektif untuk menjaring kasus secara luas.

"Tanpa deteksi dini yang tepat, pasien harus menjalani operasi besar dan kemoterapi. Tapi lebih dari itu, risiko kekambuhan tetap tinggi bahkan hingga 70% dalam tiga tahun pertama setelah pengobatan," jelas dr. Yusuf.

Seiring berkembangnya teknologi medis, terapi lanjutan seperti maintenance therapy menggunakan obat golongan PARP inhibitor seperti Olaparib mulai diterapkan. Terapi ini efektif untuk pasien dengan status HRD-positif (Homologous Recombination Deficiency), yaitu kondisi genetik yang membuat sel kanker lebih rentan terhadap kerusakan DNA.

"Terapi target ini memberi harapan baru. Selain menekan kekambuhan, juga bisa memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup pasien," kata dr. Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia.

Menurutnya, penting bagi pasien kanker ovarium untuk berkonsultasi dengan dokter dan menjalani evaluasi molekuler guna mengetahui apakah mereka memenuhi syarat untuk terapi lanjutan tersebut. President Director AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay, menegaskan, inovasi medis harus disertai edukasi publik dan peningkatan akses pengobatan.

"Kami berkomitmen mendukung sistem kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan pasien kanker ovarium di Indonesia. Bukan hanya lewat terapi, tapi juga edukasi dan upaya memperluas akses," ujarnya.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 9 Penyakit Kanker yang Paling Banyak Diidap Anak Muda

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular