Studi: Risiko Gangguan Penglihatan Naik 7x Gegara Minum Kopi Instan

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Rabu, 09/07/2025 13:03 WIB
Foto: Ilustrasi mata. (Dokumentasi Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Minum kopi instan ternyata bisa berdampak lebih serius dari sekadar memicu jantung berdebar. Sebuah studi terbaru mengungkap konsumsi kopi instan, bila dikombinasikan dengan faktor genetik tertentu, dapat meningkatkan risiko gangguan penglihatan hingga hampir tujuh kali lipat.

Penelitian ini menyoroti kaitan antara kebiasaan minum kopi instan dan risiko age-related macular degeneration (AMD), penyakit mata yang menyebabkan penglihatan kabur atau menurun, terutama di bagian tengah penglihatan. AMD adalah penyebab utama kehilangan penglihatan pada lansia di negara maju, dan saat ini diperkirakan mempengaruhi sekitar 200 juta orang di seluruh dunia.



Studi yang dipimpin oleh Dr. Siwei Liu dari Shiyan Taihe Hospital, Hubei University of Medicine, China, menemukan, konsumsi kopi instan bisa meningkatkan risiko terkena dry AMD (jenis yang paling umum dari AMD) secara signifikan, terutama pada orang-orang dengan predisposisi genetik tertentu.

"Sebagai penyakit yang belum memiliki obat, menemukan faktor risiko yang bisa dimodifikasi sangat penting untuk memperlambat perkembangan AMD dan menjaga kualitas hidup pasien," ujar Liu seperti dilansir laman Medical News Today di Jakarta, Rabu (9/7/2025).

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Food Science & Nutrition, tim peneliti menganalisis data konsumsi kopi dari lebih dari 500.000 peserta yang dikumpulkan dari UK Biobank. Para responden dikelompokkan berdasarkan jenis kopi yang mereka konsumsi: tanpa kafein, kopi seduh, dan kopi instan. Data kesehatan mata, khususnya AMD diperoleh dari dataset Finngen untuk usia 50 tahun ke atas.

Gen dan Preferensi Kopi Instan
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan genetik antara preferensi terhadap kopi instan dan peningkatan risiko dry AMD. Para peneliti menggunakan pendekatan mendelian randomization untuk mengidentifikasi bahwa konsumsi kopi instan, bukan kopi lainnya berkorelasi dengan peningkatan risiko hampir 7 kali lipat terhadap gangguan penglihatan tersebut.

"Temuan ini menunjukkan kemungkinan adanya jalur biologis atau mekanisme metabolik yang menghubungkan preferensi terhadap kopi instan dengan risiko AMD," kata Liu. "Ini memberi arah baru untuk strategi pencegahan berbasis gaya hidup yang disesuaikan dengan profil genetik seseorang," ujarnya menambahkan.

Menariknya, studi ini tidak menemukan hubungan antara konsumsi kopi (jenis apa pun) dengan risiko wet AMD, jenis lain dari penyakit yang sama.

Meski temuan ini penting, sejumlah pakar menyarankan agar publik tidak buru-buru menyalahkan kopi instan. Dr. David I. Geffen, pakar optometri di California, menyebut penelitian ini menarik tetapi masih butuh data yang lebih spesifik.

"Pertanyaan seperti: seberapa banyak kopi instan yang dikonsumsi, bagaimana status sosial ekonomi mereka, atau gaya hidup lainnya, semua masih perlu diteliti lebih dalam," katanya. "Masih terlalu dini untuk melarang kopi instan hanya berdasarkan satu studi."

Bagi Dr. Benjamin Bert, dokter spesialis mata dari Memorial Care Orange Coast Medical Center, studi ini menunjukkan dua hal penting, pertama, arah masa depan dunia medis menuju perawatan yang disesuaikan dengan risiko genetik masing-masing orang. Kedua, pentingnya memperlakukan makanan dan minuman sebagai bagian dari terapi kesehatan.

"Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang kita konsumsi berdampak langsung terhadap kesehatan. Penelitian ini menambah daftar risiko dari makanan ultra-proses seperti kopi instan," kata Bert.

"Akan menarik untuk melihat apakah jenis makanan olahan lain juga memiliki dampak serupa terhadap risiko penyakit mata," kata ia menambahkan.



(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Preventive Care Jadi Arah Baru Bisnis Layanan Kesehatan