Fenomena Malas Menikah di Indonesia, Pemerintah Duga Ini Sebabnya

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
30 October 2024 18:50
Luasnya Penyebaran Virus corona di Indonesia Termasuk Kota Jakarta sangat berpengaruh terhadap omzet pendapatan para tukang jahit gaun pengantin di Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (28/7/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Bukan tanpa alasan, sepinya pelanggan akibat aturan Pemerintah dengan merumahkan hampir seluruh ASN, kebijakan yang wewajibkan setiap warga harus tetap berdiam diri dirumah jika tidak ada keperluan penting di luar rumah.    

Serta rasa takut warga beraktivitas di luar rumah menjadi faktor omzet penjahit di Mayestik terus menurun.

Aris salah satu penjahit di Mayestik mengatakan, hampir 4 bulan terakhir ini omzet pendapatannya menurun drastis akibat adanya pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia bahkan di Kota Jakarta sendiri.

Menurutnya, turunnya pendapatan para tukang jahit lantaran sepinya pelanggan yang datang akibat adanya pandemi ini.    

Aris mengatakan kebanyakan pelanggan yang dimiliki biasanya datang kalangan anak muda atau yang ungin menikah dengan mendesain baju pengantin yang di minginkan konsumen.

Namun dengan adanya peraturan pemerintah yang merumahkan hampir seluruh ASN dan kebijakan bagi warga untuk berdiam di rumah masing-masing secara langsung berdampak pada omzet penjualnnya.  

Aris mengaku, jika hari biasanya sebelum masuknya COVID-19 di Indonesia pendapatanya bisa mencapai Rp 30 juta hingga Rp 45 juta perbulan. Setelah masuknya COVID-19 pemasukan hanya 1,5 juta perbulan.

Pihak pengelola gedung berinisiatif memberikan keringanan berupa pembayaran ruko sewa sebedar 50% hingga waktu yang belum ditentukan. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Penjahit Gaun Pengantin (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena malas menikah terjadi di Indonesia. Data terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap ada tren penurunan jumlah perkawinan yang cukup signifikan dalam enam tahun terakhir. Namun, penurunan paling drastis terjadi dalam tiga tahun terakhir. Dari tahun 2021 hingga 2023, angka pernikahan di Indonesia menyusut sebanyak 2 juta.

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KPK) Wihaji menduga alasan ekonomi yang menjadi faktor utama di balik fenomena tersebut. Menurutnya, banyak anak muda yang khawatir dengan masa depan mereka di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Tak heran, banyak dari mereka yang pada akhirnya lebih memilih untuk fokus membangun karier.



"Ekonomi sudah ada, tapi belum yakin. Jangan-jangan nanti saya punya anak enggak bisa ini itu, jangan-jangan enggak bisa menyekolahkan, jangan-jangan pas kesehatan ini saya enggak bisa. Jadi ingin survive. Tapi, ke-survive-an ini membuat ketakutan sendiri," papar Wihaji, seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Tak cuma itu, dia menduga, banyak juga wanita enggan menikah karena khawatir tidak bisa bekerja setelah berumah tangga.

Fenomena malas menikah terjadi secara global

Indonesia bukan satu-satunya negara di mana penduduknya semakin malas menikah, entah itu menunda atau bahkan tidak ingin menikah sama sekali. Negara lain seperti Korea Selatan dan China juga mengalami fenomena yang sama.

Belum lama ini, Statistics Korea merilis penelitian yang menemukan bahwa hanya ada 27,5 persen wanita muda berusia 20-an tahun yang mau menikah. Ini artinya, hanya ada satu dari empat wanita muda Korea Selatan yang mau menikah.

Fenomena yang sama juga terjadi di China di mana gaya hidup lajang semakin meluas di kalangan masyarakat Negeri Tiongkok.

Sejumlah analis percaya bahwa China akan mengalami masalah penurunan populasi karena banyak warganya yang malas berumah tangga dan punya anak karena alasan ekonomi.

 


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok, Turis Asing Tiba-tiba Ramai 'Serbu' RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular