Kisah & Fakta Fenomena Langka Strawberry Moon, Ada Larangan di Bali

Rindi Salsabilla Putri, CNBC Indonesia
22 June 2024 14:30
Bulan stroberi muncul di balik cakrawala San Francisco pada Sabtu, 3 Juni 2023. (AP Photo/Eric Risberg/File Foto)
Foto: Bulan stroberi muncul di balik cakrawala San Francisco pada Sabtu, 3 Juni 2023. (AP/Eric Risberg)
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Lagu "Strawberry Moon" adalah salah satu lagu terpopuler soloist KPop, IU. Lagu comeback kedua IU pada 2021 ini menceritakan soal seseorang yang memiliki perasaan yang lebih indah daripada bulan berwarna merah muda saat jatuh cinta.

Ternyata bukan sekadar judul lagu, Strawberry Moon adalah fenomena alam unik dan langka yang dapat disaksikan oleh masyarakat di beberapa negara pada Juni 2024 ini.

Sebenarnya, apa itu Strawberry Moon?

Melansir dari laman resmi Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Strawberry Moon adalah penampakan Bulan Purnama besar yang berwarna oranye kemerahan. Pada kali ini, Strawberry Moon muncul pada Jumat (21/6/2024) kemarin dan hari ini, Sabtu (22/6/2024).

Di Indonesia, Strawberry Moon berpotensi akan muncul pada Sabtu, 22 Juni 2024 alias malam ini. Menurut laporan Space, Bulan Purnama ini terjadi sehari setelah Titik Balik Matahari Musim Panas, yakni hari terpanjang dalam setahun. Bulan Purnama terjadi dalam satu hari setelah titik balik matahari setiap 19 hingga 20 tahun sekali.

Pada umumnya, Bulan Purnama terjadi ketika Bulan berada di seberang Matahari dengan Bumi berada di antara keduanya. Di sisi malam Bumi, saat itulah Bulan dapat terlihat yang sepenuhnya bercahaya. Pada dasarnya, waktu terjadinya Bulan Purnama adalah sama di seluruh dunia, hanya saja ada perbedaan terkait zona waktu.

Asal Muasal Strawberry Moon

Dikutip dari laman Space, penamaan Strawberry Moon disematkan oleh suku asli di Amerika Utara. Diketahui, Juni bertepatan dengan masa panen stroberi liar di Amerika Utara walaupun di masa kini stroberi bisa dipanen pada bulan-bulan lainnya.

NASA juga menjelaskan demikian. Hal tersebut berdasarkan kalender Petani aine di tahun 1930-an.

Penamaan Strawberry Moon berdasarkan purnama di Juni juga ada dalam khazanah suku Algonquin. Mereka menjelaskan musim panen stroberi. Pada masa itu, musim panen relatif singkat dibandingkan saat ini.

Menurut Ontario Native Literacy Coalition, Anishinaabe (Ojibwe) juga menyebut Strawberry Moon sebagai Ode'miin Giizis sebagai waktu untuk perjamuan tahunan dan menyambut orang untuk pulang.

Nama Lain Strawberry Moon

Selain bernama Strawberry Moon, Bulan Purnama ini juga memiliki sebutan lain, seperti Bulan Madu atau Mead, penamaan yang dilakukan oleh bangsa Eropa Kuno. Mead adalah minuman yang dibuat dengan memfermentasi madu yang dicampur dengan air dan bahan lainnya.

Beberapa tulisan menyebutkan Juni adalah waktu saat madu siap dipanen yang menjadikannya bulan "termanis". Penyebutan Bulan Madu ditelusuri hadir hingga tahun 1500-an di Eropa.

Tak hanya berhubungan dengan Mead, penyebutan 'bulan madu' juga dikaitkan dengan bulan pertama pernikahan. Usut punya usut, pada masa itu banyak kebiasaan menikah saat Juni sehingga purnamanya disebut sebagai bulan termanis dalam setahun.

Sementara di Eropa bagian lainnya, bulan purnama di Juni disebut sebagai Bulan Mawar. Hal tersebut berdasarkan bunga mawar yang mekar pada Juni.

Namun sumber lainnya menyebutkan bahwa ketika Juni bulan purnama berwarna kemerahan karena posisinya rendah di langit. Pada titik balik Matahari musim panas posisinya akan menjadi paling tinggi di langit selama sepanjang tahun.

Pada waktu ini, Bulan Purnama akan berada di seberang Matahari dan posisinya akan sangat rendah di langit. Khususnya untuk daerah Eropa yang garis lintangnya lebih tinggi.

Di waktu itu, Bulan akan bersinar melalui lebih banyak atmosfer. Sehingga cahayanya cenderung berwarna kemerahan.

Berikutnya ada Bulan Bertelur atau Opiniyawiwipisim, di mana orang Cree yang memberikan nama tersebut. Penamaan ini digunakan karena saat itu burung-burung dan unggas air mulai bertelur.

Selain itu, menurut kalender bulan tradisional China, tanggal 3 Juni jatuh pada hari ke-16 bulan lunar keempat atau yang juga disebut sebagai Bulan Pohon Sengon atau Huaiyue.

Adapun di Selandia Baru, kalender tradisional Maori disebut sebagai maramataka dan didasarkan pada perubahan bulan, menyerupai kalender Yahudi dan Muslim. Namun, kalender milik suku Maori memulai bulan lunar pada saat bulan purnama dan memulai tahun dengan bulan yang berlangsung dari Mei hingga Juni.

Oleh sebab itu, bulan purnama Juni adalah awal bulan kedua yang disebut sebagai Hongonui, yang dijelaskan oleh suku Maori sebagai bulan yang sangat dingin. Diketahui, Juni merupakan pertengahan musim dingin di Bumi bagian selatan.

Nama bulan purnama lain yang terkenal di Juni seperti Flower Moon, Hot Moon, Hoe Moon dan Planting Moon.

Kalender Hindu Bali

Mengutip situs resmi Kemenag Bali, bertepatan pada purnama tanggal 21 Juni 2024, umat Hindu Bali melaksanakan rahinan Purnama Mala Sadha yang jatuh pada tanggal 21 Juni 2024 Sukra Wayang dalam kalender Bali.

Disebutkan, Purnama Mala Sadha , sasih kedua belas menurut surya pramana dan candra pramana. Disebut dengan Tri Lingga, terdiri dari posisi matahari, bulan dan bintang.

Posisi matahari bulan dan bintang pada posisi yang tidak seimbang. Karena saat ini bintang kartika tidak terlihat, dilangit dalam perhitungan surya pramana dan candra pramana untuk melihat posisi sasih disebut dengan mala sada.

Dikutip dari berbagai sumber, Purnama Mala diartikan sebagai purnama yang tidak bersih. Namun, meski Purnama, pada saat Purnama ini tidak disarankan melakukan upacara melukat atau pembersihan maupun keramas.  


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bali Catatkan Tingkat Bunuh Diri Tertinggi di Indonesia, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular