Pernah Terjadi di RI, Dokter Belanda Teliti Fenomena Penis Menyusut

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Selasa, 20/02/2024 13:10 WIB
Foto: Ilustrasi - Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Setibanya di Sulawesi, dokter asal Belanda, J. C Blonk, menerima kedatangan pasien seorang jaksa. Jaksa tersebut mengeluh ada sesuatu yang berbeda dari tubuhnya. 

Perbedaan itu terletak pada penis. Si jaksa bilang kalau penisnya menyusut dari ukuran normal. Dia tak terima, kaget, dan tak mau meninggal hanya karena penis. Menyikapi ini Blonk cukup heran karena semasa berkarir sebagai dokter belum pernah menemukan kasus penyusutan penis. 

Singkat cerita, Blonk pun melakukan riset dan membuat hasil mencengangkan yang mengubah khazanah kedokteran. Temuan itu kemudian dituangkan dalam riset berjudul "Koro." Kata "Koro" sendiri berasal dari bahasa Bugis yang berarti penyusutan penis.


"Penyebabnya adalah dorongan tak tertahankan atau neurosis kegelisahan yang diperparah oleh alkohol," kata Blonk, dikutip Hans Pols dalam "Psikiatri dan Perawatan Bagi Penderita Gangguan Jiwa".

Blonk mengungkap penyebab utama koro terkait dengan mental. Penis seseorang yang terjangkit, termasuk jaksa tersebut, sebenarnya tidak benar-benar menyusut atau mengecil.

Alias, itu semua hanya ketakutan semata dan sangat terkait dengan kebudayaan setempat. Apalagi, Blonk menemukan kasus serupa hanya terjadi di daerah Makassar. Beranjak dari temuan dokter Belanda itu, dunia kedokteran mulai menaruh perhatian pada penyusutan penis.

Salah satu dokter asing yang meneliti soal itu di Indonesia adalah Wulfften Palthe. Pada 1934, dia mengamati banyak orang yang terdampak koro. Katanya, para laki-laki berupaya mencegah penis mereka masuk ke dalam tubuh.

Seringkali, mereka minta bantuan anak dan istri untuk memegangi penis. Atau terkadang memasang tindik penghalang agar penis tidak 'tenggelam' begitu saja.

Menurut Palthe, kejadian ini murni disebabkan oleh kegelisahan semata dan terkait dengan kebudayaan. Mereka takut akan tindakan kebiri, sehingga muncul pikiran aneh-aneh soal penis, salah satunya penyusutan. Alhasil, banyak dari mereka mengobati ketakutan tersebut dengan pergi ke dukun karena saat itu sulit menemukan ahli kejiwaan di Indonesia. 

Berkat temuan tersebut, penyakit koro makin jadi perhatian. Di zaman modern, ternyata penyusutan penis juga terjadi di daerah lain dengan nama berbeda. Bahkan, penyakit ini pernah menimbulkan histeria massa di Singapura sekitar 1960-an. Para laki-laki Singapura  banyak mengalami penyusutan penis karena kecemasan berlebih.

Kini, diagnosis koro sudah tegak. National Institutes of Health menyebut koro sebagai, "gangguan kejiwaan yang ditandai dengan kecemasan akut dan ketakutan mendalam akan penyusutan penis."


(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BLACKPINK Comeback! Lagu Baru Bakal Guncang Panggung Dunia