Fogging Nyamuk Dikurangi, Pemerintah Hemat Ratusan Juta
Jakarta, CNBC Indonesia - Selama ini fogging atau pengasapan yang menggunakan pestisida masih menjadi salah satu metode pemberantasan nyamuk demam berdarah yang paling banyak digunakan. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah mulai mengurangi program fogging setelah adanya inovasi baru yang lebih efektif.
Inovasi itu bernama nyamuk ber-wolbachia. Pada prinsipnya, petugas Dinas Kesehatan akan melepaskan nyamuk aedes aegypti betina yang sudah mengandung bakteri alami bernama wolbachia. Ketika nyamuk aedes aegypti sudah terinfeksi wolbachia, mereka menjadi mandul. Akibatnya nyamuk yang mengandung wolbachia tidak mampu lagi untuk menularkan virus dengue ketika menghisap darah orang. Dengan demikian, secara alami jumlah kasus DBD juga akan berkurang.
Yogyakarta adalah kota pertama di Indonesia yang mengimplementasikan teknologi nyamuk ber-Wolbachia untuk memberantas kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Teknologi ini dilakukan dengan menitipkan ember berisi telur nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia di habitat alami di lingkungan masyarakat.
Fogging berkurang, anggaran ratusan juga berhasil dihemat
Peneliti Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Adi Utarini, mengatakan bahwa frekuensi fogging berkat nyamuk ber-Wolbachia berkurang drastis, yakni menjadi hanya sembilan kali dari sebelumnya 200 kali dalam setahun.
"Dinkes bercerita kalau fogging itu yang semula bisa 200 kali, ini sekarang jadi sembilan kali pada tahun ini. Kalau tidak salah, penghematannya sekitar Rp200 jutaan," ungkap Prof. Uut dalam konferensi daring Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), Jumat (24/11/2023).
Sementara itu, hasil penelitian UGM mengklaim bahwa teknologi nyamuk dengan bakteri Wolbachia mampu mengurangi jumlah frekuensi fogging hingga 83 persen.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Maxi Rein Rondonuwu, turut menegaskan bahwa penggunaan fogging untuk mengatasi DBD berbahaya bagi kesehatan tubuh.
"Fogging itu sangat berbahaya karena itu kimia yang merusak lingkungan dan juga resistensi nyamuk terhadap bahan kimia," tegas dr. Maxi dalam kesempatan yang sama.
Sebagai informasi, fogging adalah pengasapan menggunakan pestisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk, terutama penyebab DBD.
Kasus DBD di Yogyakarta Menurun Berkat Nyamuk dengan Wolbachia
Prof. Uut mengatakan, hasil analisis risiko penelitian pelepasan nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia menunjukkan bahwa Yogyakarta mengalami penurunan kasus DBD yang signifikan.
"Dalam penelitian berskala luas di Yogyakarta, hasil menunjukkan bahwa pada wilayah yang dilepas nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia itu kejadian dengue-nya lebih rendah 77 persen dan juga angka rawat inap di rumah sakit turun 86 persen," papar Prof. Uut.
"Dengan turun 86 persen kasus DBD yang dirawat inap itu maka kita bisa melihatnya dari sisi penghematan BPJS untuk rawat inap [pasien DBD]. Sekitar 2017, di satu kabupaten bisa sampai Rp8 miliar sampai Rp9 miliar untuk dengue. Jadi ini sebuah potensi penghematan yang besar," lanjutnya.
Sebaran nyamuk wolbachia
Sebagai informasi, saat ini Kemenkes RI menetapkan lima wilayah yang masuk ke dalam uji coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia, yakni Kupang, Nusa Tenggara Timur; Bontang, Kalimantan Timur; Semarang, Jawa Tengah; Bandung, Jawa Barat; dan Jakarta Barat, DKI Jakarta.
Proyek ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.
Selain Indonesia, negara lain yang ikut dalam uji coba Wolbachia adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.
Sebelumnya, efektivitas pemanfaatan nyamuk wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah juga sudah dibuktikan di 13 negara lain, yaitu di Australia, Brazil, Colombia, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, dan Meksiko.
Sebagai informasi, Wolbachia mampu melumpuhkan virus dengue yang ada dalam nyamuk aedes aegypti. Dengan demikian, diharapkan tidak menularkan penyakit lagi ke dalam tubuh manusia.
(hsy/hsy)