
3 Fakta Gerakan Boikot Starbucks, Gerai di RI Mulai Sepi

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat Indonesia mulai menunjukkan komitmennya untuk berpartisipasi dalam gerakan boikot sejumlah perusahaan atau merek yang berasal dari dan mendukung Israel. Salah satu perusahaan yang menjadi target boikot adalah Starbucks.
Starbucks adalah perusahaan kedai kopi terbesar di dunia yang didirikan di Amerika Serikat (AS). Menurut data Statista, Starbucks tercatat memiliki 35.771 kedai di seluruh dunia hingga 2022.
Sementara itu, di Indonesia Starbucks dilaporkan sudah memiliki 523 kedai hingga 2022. Jumlah tersebut juga didukung oleh popularitas kedai kopi dengan logo bewarna hijau dan putih ini di Tanah Air.
Akibat gerakan boikot, sejumlah kedai Starbucks dilaporkan mulai sepi. Salah satunya adalah Starbucks di Medan, Sumatra Utara. Menurut laporan Al-Jazeera, Starbucks di Focal Point Mall terpantau sepi pengunjung dalam beberapa minggu terakhir.
"Kami melihat bahwa keadaan saat ini jauh lebih tidak sibuk daripada biasanya, meskipun kami tidak dapat mengatakan dengan pasti kenapa ini terjadi," kata salah satu barista yang tidak ingin disebutkan identitasnya, dikutip Jumat (17/11/2023).
"Bisa jadi karena berbagai faktor, seperti kami tidak mengadakan promosi apa pun saat ini. Kami tidak tahu, tapi belum ada pelanggan yang bertanya kepada kami tentang boikot tersebut," lanjutnya.
Sebenarnya, bagaimana awal mula gerakan boikot Starbucks akibat perang Kelompok Islam Palestina, Hamas dan Israel? Berikut 3 faktanya, dirangkum dari berbagai sumber.
1. Manajemen Starbucks Menggugat Serikat Pekerja
![]() People watch from inside a Starbucks as demonstrators march in support of Palestinians in Gaza, amid the ongoing conflict between Israel and Hamas, in Washington, U.S., November 4, 2023. REUTERS/Elizabeth Frantz |
Awal mula boikot ditargetkan kepada Starbucks adalah setelah pihak manajemen menggugat serikat pekerja, Starbucks Workers United, pada awal Oktober 2023 lalu. Gugatan tersebut muncul setelah organisasi tersebut menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina. Namun, pernyataan solidaritas yang diunggah melalui X itu telah dihapus.
Menurut keterangan resmi Starbucks, gugatan tersebut dilayangkan karena Starbucks Workers United dianggap menyalahgunakan nama, logo, dan kekayaan intelektual perusahaan.
"Workers United, afiliasi lokalnya, pengurus serikat pekerja, dan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai anggota "Starbucks Workers United" tidak mewakili Starbucks Coffee Company dan tidak mewakili pandangan, posisi, atau keyakinan perusahaan," ujar Wakil Presiden Eksekutif dan Chrief Partner Officer Starbucks, Sara Kelly, dikutip Jumat (17/11/2023).
"Perilaku sembrono dan tercela tersebut harus diatasi melalui sudut pandang keselamatan mitra kami dan kejelasan posisi resmi Starbucks di depan umum yang mengutuk kekerasan di wilayah tersebut," lanjut Kelly.
Serikat pekerja pun telah mengajukan gugatan balik terhadap Starbucks. Mereka menyebut gugatan tersebut sebagai upaya untuk merusak serikat pekerja dan melemahkan upaya pengorganisasian mereka.
2. Starbucks Beri Klarifikasi terkait Perang Israel Palestina
Dalam pernyataan terpisah, Starbucks menegaskan bahwa pihaknya mengutuk tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan. Selain itu, manajemen kembali menyatakan ketidaksetujuan atas pandangan yang diungkapkan oleh Workers United.
Menurut manajemen, seluruh pernyataan dan tindakan Workers United adalah tanggung jawab masing-masing tanpa melibatkan Starbucks secara keseluruhan.
"Starbucks kembali menyampaikan simpati terdalam kami kepada mereka yang terbunuh, terluka, terlantar, dan terkena dampak dari aksi teror yang keji dan tidak dapat diterima, meningkatnya kekerasan, dan kebencian terhadap orang-orang tak berdosa di Israel dan Gaza" tulis Starbucks dalam pernyataan 11 Oktober 2023.
"Sebagai penegasan, kami dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan ini, dan tidak setuju dengan pernyataan dan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United dan para anggotanya," ujar manajemen Starbucks.
3. Starbucks Jawab Pertanyaan Soal Dukungan Israel
Pada 2014 lalu, Starbucks merilis kolom tanya dan jawab terkait sikap dukungan terhadap Israel. Salah satu pertanyaan terbanyak yang diajukan kepada Starbucks adalah terkait dukungan finansial terhadap Israel.
"Tidak. Hal ini tidak benar. Rumor bahwa Starbucks atau Howard Schultz memberikan dukungan keuangan kepada pemerintah dan/atau tentara Israel adalah sepenuhnya salah," terang Starbucks.
"Starbucks adalah perusahaan publik dan sebagai perusahaan tersebut wajib mengungkapkan segala bentuk sumbangan korporasi setiap tahun melalui proxy statement," lanjut Starbucks.
Selain itu, Starbucks juga menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mengirimkan sebagian keuntungan kepada pemerintah dan/atau tentara Israel.
Dalam kolom yang sama, Starbucks juga menyatakan bahwa pihaknya mengakhiri kemitraan di Israel pada 2003 lalu karena tantangan operasional, bukan berdasarkan masalah politik. Menurut manajemen, seluruh keputusan bisnis tidak pernah berdasarkan isu politik.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Fakta Gerakan Boikot Starbucks, Benarkah Sokong Israel?