
3 Fakta Gerakan Boikot Starbucks, Benarkah Sokong Israel?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan atau merek yang berasal dari dan mendukung Israel mulai diboikot oleh banyak masyarakat dunia. Boikot tersebut adalah bentuk protes keras atas serangan Israel ke Palestina.
Salah satu perusahaan yang menjadi target boikot adalah Starbucks. Diketahui, Starbucks adalah perusahaan kedai kopi terbesar di dunia yang didirikan di Amerika Serikat (AS). Menurut data Statista, Starbucks tercatat memiliki 35.771 kedai di seluruh dunia hingga 2022.
Akibat gerakan boikot, sejumlah kedai Starbucks dilaporkan mulai sepi. Salah satunya adalah deretan Starbucks di Qatar. Dalam video yang beredar di X (sebelumnya Twitter), hampir seluruh gerai Starbucks di Qatar hampir tidak ada pengunjung.
Sebenarnya, bagaimana awal mula gerakan boikot Starbucks akibat perang Kelompok Islam Palestina, Hamas dan Israel? Berikut 3 faktanya, dirangkum dari berbagai sumber:
1. Manajemen Starbucks Menggugat Serikat Pekerja
![]() A worker puts away patio furniture at a Starbucks Corp drive-through location closes down this afternoon for anti-bias training as the coffee chain closed all 8,000 of their company-owned cafes in the U.S. including this location in Oceanside, California, U,S. May 29, 2018. REUTERS/Mike Blake |
Awal mula boikot ditargetkan kepada Starbucks adalah setelah pihak manajemen menggugat serikat pekerja, Starbucks Workers United, pada awal Oktober 2023 lalu. Gugatan tersebut muncul setelah organisasi tersebut menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina. Namun, pernyataan solidaritas yang diunggah melalui X itu telah dihapus.
Menurut keterangan resmi Starbucks, gugatan tersebut dilayangkan karena Starbucks Workers United dianggap menyalahgunakan nama, logo, dan kekayaan intelektual perusahaan.
"Workers United, afiliasi lokalnya, pengurus serikat pekerja, dan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai anggota "Starbucks Workers United" tidak mewakili Starbucks Coffee Company dan tidak mewakili pandangan, posisi, atau keyakinan perusahaan," ujar Wakil Presiden Eksekutif dan Chrief Partner Officer Starbucks, Sara Kelly, dikutip Kamis (2/11/2023).
"Perilaku sembrono dan tercela tersebut harus diatasi melalui sudut pandang keselamatan mitra kami dan kejelasan posisi resmi Starbucks di depan umum yang mengutuk kekerasan di wilayah tersebut," lanjut Kelly.
Serikat pekerja pun telah mengajukan gugatan balik terhadap Starbucks. Mereka menyebut gugatan tersebut sebagai upaya untuk merusak serikat pekerja dan melemahkan upaya pengorganisasian mereka.
2. Starbucks Beri Klarifikasi terkait Perang Israel-Palestina
Dalam pernyataan terpisah, Starbucks menegaskan bahwa pihaknya mengutuk tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan. Selain itu, manajemen kembali menyatakan ketidaksetujuan atas pandangan yang diungkapkan oleh Workers United.
Menurut manajemen, seluruh pernyataan dan tindakan Workers United adalah tanggung jawab masing-masing tanpa melibatkan Starbucks secara keseluruhan.
"Starbucks kembali menyampaikan simpati terdalam kami kepada mereka yang terbunuh, terluka, terlantar, dan terkena dampak dari aksi teror yang keji dan tidak dapat diterima, meningkatnya kekerasan, dan kebencian terhadap orang-orang tak berdosa di Israel dan Gaza" tulis Starbucks dalam pernyataan 11 Oktober 2023.
"Sebagai penegasan, kami dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan ini, dan tidak setuju dengan pernyataan dan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United dan para anggotanya," ujar manajemen Starbucks.
3. Starbucks Jawab Pertanyaan Soal Dukungan Israel
![]() |
Pada 2014 lalu, Starbucks merilis kolom tanya dan jawab terkait sikap dukungan terhadap Israel. Salah satu pertanyaan terbanyak yang diajukan kepada Starbucks adalah terkait dukungan finansial terhadap Israel.
"Tidak. Hal ini tidak benar. Rumor bahwa Starbucks atau Howard Schultz memberikan dukungan keuangan kepada pemerintah dan/atau tentara Israel adalah sepenuhnya salah," terang Starbucks.
"Starbucks adalah perusahaan publik dan sebagai perusahaan tersebut wajib mengungkapkan segala bentuk sumbangan korporasi setiap tahun melalui proxy statement," lanjut Starbucks.
Selain itu, Starbucks juga menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mengirimkan sebagian keuntungan kepada pemerintah dan/atau tentara Israel.
Dalam kolom yang sama, Starbucks juga menyatakan bahwa pihaknya mengakhiri kemitraan di Israel pada 2003 lalu karena tantangan operasional, bukan berdasarkan masalah politik. Menurut manajemen, seluruh keputusan bisnis tidak pernah berdasarkan isu politik.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Barista Starbucks Akui Boikot Berhasil, 33% Pelanggan Kabur