Ada Seruan Boikot TikTok Gegara Dianggap Dukung Palestina

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
11 November 2023 19:30
Tiktok. (Dok. Pexel)
Foto: Tiktok. (Dok. Pexel)

Jakarta, CNBC Indonesia - TikTok kembali menjadi sorotan di Amerika Serikat (AS) setelah muncul klaim bahwa media sosial video tersebut mendorong generasi muda untuk mendukung Palestina dan Hamas.

Melansir dari Al Jazeera, politisi sekaligus senator, Josh Hawley dan Marco Rubio, serta anggota dewan, Mike Gallagher, menyerukan AS untuk melarang TikTok dengan dugaan bias terhadap konten anti-Israel dan anti-Yahudi.

"Meskipun masalah keamanan data adalah hal yang paling penting, kemampuan TikTok yang mampu mengubah pandangan dunia yang dihadapi generasi muda AS jarang dibahas. Perang Israel dengan Hamas adalah ujian penting," ujar Hawley dalam suratnya kepada Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, dikutip Sabtu (11/11/2023).

Dalam suratnya, Hawley mengutip jajak pendapat CAPS-Harris Harvard yang menunjukkan bahwa 51 persen remaja AS berusia 18 hingga 24 tahun berpihak pada Hamas yang menyerang Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, berbeda dengan warga lanjut usia (lansia) AS yang sangat mendukung Israel.

"Para analis menghubungkan hasil ini dengan banyaknya konten anti-Israel di Tiktok, tempat sebagian besar remaja pengguna internet mendapatkan informasi tentang dunia," kata Hawley.

Sementara itu, Rubio mengatakan bahwa TikTok adalah "sarang" misinformasi dan indoktrinasi pro-Hamas sekaligus tempat "pencucian otak".

Sejak perang antara Israel dan Hamas, pengaruh TikTok kembali muncul di ranah publik seiring dengan pengawasan terhadap mendominasinya konten pro-Palestina.

Pada Oktober lalu, pemodal ventura asal Amerika, Jeff Morris Jr, menuduh TikTok merusak generasi muda melalui algoritma dengan mengalihkan mereka dari sikap pro-Israel menjadi pro-Palestina.

Melalui utas di X (sebelumnya Twitter), Morris Jr mengungkapkan kekhawatirannya terkait tagar #standwithpalestine yang lebih populer dibanding #standwithisrael. Ia mengatakan, tagar #standwithpalestine telah ditonton tiga miliar kali, berbanding balik dengan #standwithisrael yang hanya 200 juta penayangan.

"Ketika saya menonton salah satu postingan di TikTok yang mendukung Palestina, seluruh feed saya berubah menjadi sangat anti-Israel," kata Morris Jr sambil menambahkan bahwa seolah-olah ia "diminta untuk melihat perang dengan Israel sebagai tokoh jahatnya."

Hingga saat ini, TikTok masih belum memberikan keterangan resmi apapun terkait algoritma soal perang Israel dan Hamas. Namun, sebelumnya TikTok telah menyatakan bahwa mereka "melawan terorisme" dan menghapus konten kebencian dan kekerasan.

Wounded Palestinians arrive at the al-Shifa hospital, on a truck, following Israeli airstrikes on Gaza City, central Gaza Strip, Thursday, Oct. 19, 2023. (AP Photo/Abed Khaled)Foto: AP/Abed Khaled
Wounded Palestinians arrive at the al-Shifa hospital, on a truck, following Israeli airstrikes on Gaza City, central Gaza Strip, Thursday, Oct. 19, 2023. (AP Photo/Abed Khaled)

Dalam sebuah pernyataan, TikTok menyatakan bahwa pihaknya telah menghapus lebih dari 925 ribu video di wilayah perang karena dianggap "melanggar kebijakan seputar kekerasan, ujaran kebencian, informasi yang salah, dan terorisme, termasuk konten yang mempromosikan Hamas."

Menurut laporan yang sama, data pengguna TikTok yang dapat dilihat secara publik menunjukkan bahwa ketertarikan pengguna AS terhadap perjuangan Palestina sangat besar, meskipun konten pro-Israel juga populer di situs tersebut.

Dalam 30 hari menjelang tanggal 8 November, sekitar 6 ribu postingan dengan 55 juta penayangan menggunakan tagar #standwithisrael, sedangkan sekitar 13 ribu postingan dengan 37 juta penayangan menggunakan #standwithpalestine.

Secara global, konten pro-Palestina sangat mendominasi dengan #freepalestine dan #standwithpalestine masing-masing memperoleh 11 miliar dan satu miliar penayangan.

"TikTok perlu lebih serius dalam moderasi konten," ujar peneliti senior di Pusat Studi Teknologi Tata Kelola di Brookings Institution, Darrell West, kepada Al Jazeera.

"Disinformasi disebarkan melalui video di platform mereka dan meningkatkan ketegangan publik di semua sisi terkait isu ini. Dibutuhkan moderator manusia yang memeriksa keaslian video dan memastikan kebohongan tidak menyebar," lanjutnya.

Di AS, kecenderungan terhadap konten pro-Palestina tampaknya mencerminkan pergeseran generasi yang telah terjadi jauh sebelum perang Israel-Hamas.

Dalam survei yang dilakukan Pew Research pada tahun 2022, 61 persen warga Amerika berusia 18-29 tahun mengatakan bahwa mereka memandang warga Palestina "sangat baik" atau "cukup baik", dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 52 persen.

Ketika ditanya pertanyaan yang sama tentang warga Israel, 56 persen dari kelompok usia 18 hingga 29 tahun mengatakan bahwa mereka memandang mereka dengan "baik" dibandingkan dengan rata-rata 67 persen.

Wakil direktur nasional Dewan Hubungan Amerika-Islam, Edward Ahmed Mitchell, mengatakan bahwa kekhawatiran mengenai TikTok adalah hal yang sah. Namun, menonjolnya konten pro-Palestina di platform tersebut tidak termasuk di dalamnya.

"Munafik jika para politisi ingin membatasi akses ke platform media sosial karena mereka berani mengizinkan orang untuk secara bebas mengekspresikan dukungan mereka terhadap hak asasi manusia (HAM) Palestina dengan cara yang tidak dilakukan oleh platform media sosial lainnya," kata Mitchell kepada Al Jazeera.

"Dalam banyak kasus, kaum muda juga telah mengenal dunia dan menerima berita mereka secara langsung melalui media sosial, bukan melalui filter media arus utama," tambahnya.

"Oleh karena itu, jika ada generasi muda yang tumbuh selama 10 tahun dan belajar tentang Palestina langsung dari para korban pelanggaran HAM yang terus menerus ini maka tidak heran jika orang-orang akan lebih bersimpati kepada rakyat Palestina," tutup Mitchell.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article TikToker Ini Jadi Tersangka Dugaan Penistaan Agama Kristen

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular