
Cara Bijak Menjelaskan Perang di Palestina kepada Anak

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki hari ke-25 sejak 7 Oktober 2023, serangan Israel di Gaza, Palestina semakin brutal dan menjadi-jadi. Melansir dari Al Jazeera, sekitar 8.306 warga Palestina terbunuh akibat serangan brutal Israel. Sementara itu, lebih dari 1.400 orang di Israel dinyatakan tewas.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak seruan gencatan senjata dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menegaskan bahwa gencatan senjata "tidak akan terjadi".
Perang ini pun tidak hanya menakutkan bagi anak-anak di Palestina, tetapi juga anak-anak di dunia. Akibatnya, sebagian besar orang tua memutuskan untuk menjauhkan topik perang dari anak-anak.
Namun, akses informasi yang semakin meluas membuat anak-anak masih berpotensi untuk memperoleh kabar terkait perang di Palestina. Lantas, bagaimana sebaiknya orang tua menjelaskan perang Israel-Palestina kepada anak?
Psikolog Klinik Anak dari Empathinc Psychology Centre, Aryani Rahmah Utami, menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga aspek yang harus diperhatikan orang tua sebelum berbicara mengenai perang pada anak.
Pertama, orang tua wajib memahami dan memproses informasi dari berita yang ada, termasuk konteks di balik perang. Hal ini penting untuk memastikan bahwa Anda tidak memberikan informasi yang keliru pada anak.
![]() A young child reacts as mourners attend the funeral of Palestinians from the Shamalkh family, who health officials said were killed in Israeli strikes, in Gaza City, October 9, 2023. REUTERS/Mohammed Salem |
Kedua, tentukan pesan yang ingin disampaikan pada anak. Sesuaikan pesan dengan usia anak. Sebab, setiap tahapan usia memiliki perbedaan kemampuan untuk memahami informasi yang orang tua sampaikan.
Ketiga, perlu diingat bahwa sangat wajar jika anak memiliki banyak pertanyaan setelah mendapat penjelasan tentang perang. Namun, Anda tidak perlu selalu memiliki jawaban dari pertanyaan anak. Tidak apa-apa untuk menunda memberikan jawaban pada anak.
"Jangan khawatir jika tema perang, pertengkaran, moralitas, keadilan, kebaikan versus kejahatan, kekuasaan dan kontrol, serta kematian muncul dalam permainan anak," ujar Aryani melalui keterangan tertulis, dikutip Rabu (1/11/2023).
"Gunakan kesempatan ini untuk mengamati dan mempelajari lebih lanjut tentang anak, apa yang ia pahami dari tema-tema tersebut. Ingat, ini adalah cara mereka berkomunikasi dan menjelaskan dunianya pada orang tua," lanjut Aryani.
Berikut cara penyampaian topik perang sesuai tahapan usia anak:
1. Toddler (2-3 tahun)
Pada usia ini, perkembangan kognitif anak belum siap untuk menerima informasi tentang konsep perang. Namun mereka dapat memahami perasaan orang tuanya dari reaksi emosi yang ditampilkan saat menonton berita.
Ungkapkan secara jujur pada anak tentang apa yang dirasakan orang tua mengenai perang, misalnya "Mama/papa sedih lihat banyak yang terluka karena ada perang. Bersyukur kita di sini aman.
Sebaiknya hindari toddler terpapar berita perang.
2. Preschooler (4-6 tahun) dan hingga 8 tahun
Anak di tahapan usia ini sudah mulai mengerti konsep perang. Anda bisa menjelaskan dengan mendefinisikan perang menggunakan bahasa yang sederhana. Misalnya, "Perang itu lagi berantem. Enggak ada yang mau mengalah."
Kemudian, orang tua juga bisa menjelaskan dampak dari perang, misalnya "Gara-gara perang jadi banyak yang terluka. Bersyukur kita di sini aman. Rasanya takut ya lihat di televisi banyak bom yang meledak. Sedih banyak yang terluka. Kalau adek bagaimana perasaannya saat lihat itu di tv?"
Perlihatkan peta dunia. Tunjukkan di mana perang terjadi dan di mana Anda tinggal. Jelaskan dan pastikan bahwa lokasi perang sangat jauh dari lokasi anak Anda saat ini, dan karena itu efek dari perang seperti rumah yang hancur tidak terjadi di sini. Ini penting karena yang menjadi fokus utama anak adalah tentang keselamatan dan keamanan.
Berikan fakta sederhana dalam kalimat pendek, misalnya "Karena ada yang melempar bom, jadi banyak yang terluka, rumah-rumah hancur."
Berhenti menjelaskan tentang perang dan biarkan anak bertanya.
"Untuk anak usia 4-6 tahun, penjelasan mengenai perang dapat dilakukan berulang-ulang. Karena pada usia ini anak masih belum memahami bahwa perang tidak sepenuhnya akan terus terjadi dan anak bisa memiliki pikiran bahwa perang akan hilang secara ajaib," kata Ariyani lagi.
"Setelah itu tetap pantau anak melakukan rutinitasnya seperti biasa. Pastikan tidak terjadi perubahan yang signifikan saat makan, tidur, dan bermain," pungkasnya.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Orang Tua Dilarang Bermental Miskin, Bisa Hambat Sukses Anak