
Profesor Ini Sebut BTS Banyak Selamatkan Nyawa Selama Pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti dari Dartmouth College, Amerika Serikat meyakini bahwa grup K-pop BTS telah menyelamatkan banyak nyawa selama pandemi COVID-19. Pernyataan ini didasarkan pada studi yang menemukan bahwa BTS telah mendorong peningkatan kesehatan masyarakat secara global saat warga dunia diserang virus Covid yang mematikan.
Dalam makalah berjudul Parasocial diffusion: K-pop fandoms help drive COVID-19 public health messaging on social media, para peneliti berusaha mencari jawaban dari pertanyaan "Siapa yang memiliki suara terbesar di media sosial yang mendorong protokol kesehatan masyarakat, khususnya penggunaan masker?"
Dengan menggunakan kumpulan data publik COVID-19 terbesar dan terlengkap di Twitter, para peneliti menganalisis 7 juta tweet tentang penggunaan masker. Mereka juga mengamati penggunaan tagar khusus K-pop: #BTS dan #BTSArmy, serta BlackPink dan Twice, dua grup K-pop terpopuler lainnya di Twitter.
![]() |
Temuan para peneliti menunjukkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan ikut memanfaatkan popularitas BTS sebagai bagian dari strategi komunikasi dalam penyampaian pesan kesehatan masyarakat mengenai COVID-19.
Ada 16 tweet dari pejabat kesehatan yang memuat BTS, sebagian besar tweet dari Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Jika ditotal, 16 tweet tersebut menghasilkan hampir 234.600 retweet. Sebagai perbandingan, 2.140 tweet dari Tedros lainnya yang tidak menyebut BTS mampu menghasilkan 282.650 retweet.
Ke-16 tweet yang menyebutkan BTS memiliki dampak yang hampir sama (84% dari nilai retweet) dibandingkan 2.140 tweet tanpa K-pop. Jadi, tweet yang menyebutkan BTS mengumpulkan viralitas atau retweet 111 kali lebih banyak.
Para peneliti juga mengamati tingkat penggunaan masker di Twitter dengan dan tanpa BTS di semua negara yang menggunakan Twitter, termasuk menilai tingkat tweet di suatu negara dibandingkan dengan populasinya.
Ternyata, peningkatan viralitas antara retweet dengan K-pop dibandingkan dengan retweet tanpa K-pop paling besar terjadi di wilayah selatan, termasuk di Asia Tenggara dan Amerika Selatan, yang seperti dijelaskan oleh para peneliti, merupakan wilayah yang biasanya kurang terlayani oleh retweet global yang berbasis di Barat.
"Ada banyak kritik tentang aktivisme di media sosial; namun, untuk memberi bantuan kepada pasien COVID-19 di Korea Selatan, penggemar BTS menyumbangkan refund dana tiket dari konser BTS yang dibatalkan karena pandemi, ini menunjukkan bahwa potensi fandom tidak boleh dianggap remeh," kata profesor Ilmu Sosial Kuantitatif di Dartmouth College, Herbert Chang,
"Fandom dapat menjadi katalisator yang kuat untuk aksi kolektif online dan offline," kata Chang. "Mereka dapat menghasilkan intervensi pada skala global."
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BTS Dituding Terlibat Sekte Sesat, Fans Desak HYBE Bertindak