Tanda Silent Treatment dalam Hubungan dan Cara Menghadapinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Diacuhkan atau didiamkan setelah bertengkar dengan pasangan merupakan hal menyebalkan. Hal itu kerap disebut dengan silent treatment atau penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain.
Sayangnya, silent treatment bukanlah cara tepat untuk menyelesaikan masalah dengan pasangan. Sebab orang yang menggunakan silent treatment dapat memberikan efek besar pada harga diri mereka yang menjadi korbannya.
Melansir Medical News Today, silent treatment terkadang bisa menjadi bentuk kekerasan emosional ketika satu orang menggunakannya untuk mengontrol dan memanipulasi pasangannya.
Bagaimana silent treatment mempengaruhi hubungan
![]() |
Dalam kebanyakan kasus, menggunakan sikap diam bukanlah cara yang produktif untuk mengatasi perselisihan.
Penelitian menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita kerap menggunakan silent treatment dalam hubungan. Namun, komunikasi yang jelas dan langsung sangat penting untuk hubungan yang sehat.
Ketika salah satu pasangan ingin membicarakan suatu masalah tetapi pasangannya menarik diri, hal itu dapat menimbulkan emosi negatif seperti kemarahan.
Menurut sebuah penelitian pada tahun 2012, orang yang sering merasa diabaikan juga melaporkan tingkat harga diri, rasa memiliki, dan makna hidup yang lebih rendah.
Oleh karena itu, silent treatment dapat berdampak pada kesehatan suatu hubungan, meskipun orang yang diam berusaha menghindari konflik.
Seseorang dengan pasangan yang menghindari konflik lebih besar kemungkinannya untuk melanjutkan perselisihan karena tidak mempunyai kesempatan untuk membicarakan keluhannya.
Apakah silent treatment termasuk unsur kekerasan?
Seseorang mungkin menggunakan silent treatment yang berujung kekerasan emosional jika:
- Berniat menyakiti orang lain dengan sikap diamnya
- Silent treatment berlangsung untuk waktu yang lama
- Berbicara dengan orang lain tetapi tidak dengan pasangannya
- Menggunakan silent treatment untuk menyalahkan pasangannya dan membuat mereka merasa bersalah
- Menerapkan silent treatment untuk memanipulasi atau "memperbaiki" pasangannya, atau untuk menekan pasangannya agar mengubah perilakunya
Bagaimana cara menghadapi silent treatment?
Cara seseorang merespons perlakuan silent treatment bergantung pada apakah pasangannya melakukan kekerasan atau tidak.
Jika perlakuan silent treatment tampaknya bukan bagian dari pola kekerasan, Anda dapat mencoba pendekatan berikut:
1. Sebutkan situasinya
Akui bahwa pasangan menggunakan perlakuan silent treatment. Misalnya, Anda dapat berkata, "Saya perhatikan kamu tidak merespons saya." Hal ini meletakkan dasar bagi dua orang untuk berinteraksi satu sama lain secara lebih efektif.
2. Gunakan pernyataan 'saya'
Anda dapat mengungkapkan perasaan kepada orang lain dengan menggunakan pernyataan "saya". Misalnya: "Saya merasa sakit hati dan sedih karena kamu tidak mau berbicara kepada saya. Saya ingin menyelesaikan masalah ini."
3. Minta pasangan ungkapkan perasaannya
Minta pasangan untuk terbuka mengungkapkan perasaannya. Hal ini bisa membuat mereka tahu bahwa perasaan mereka penting dan valid, dan membuka jalan bagi percakapan yang lebih sehat.
Hindari bersikap defensif atau beralih ke mode pemecahan masalah. Cobalah untuk tetap hadir dan mendengarkan dengan penuh empati.
Jika pasangan merespons dengan cara yang mengancam atau kasar, lebih baik menjauh dari situasi tersebut sampai dia tenang. Bicaralah dengan dokter, terapis, atau teman tepercaya untuk mendapatkan bantuan.
4. Minta maaf atas kata-kata atau tindakan
Anda tidak menyalahkan diri sendiri atas tindakan silent treatment yang dilakukan orang lain. Namun, Anda mungkin perlu meminta maaf jika telah melakukan sesuatu yang mungkin menyakiti perasaan pasangan.
Tenangkan diri dan atur waktu untuk menyelesaikan masalah tersebut
Terkadang, seseorang mungkin diam saja karena dia terlalu marah, sakit hati, atau kewalahan untuk berbicara. Mereka mungkin takut mengatakan sesuatu yang bisa memperburuk situasi.
Dalam kasus ini, akan sangat membantu jika setiap orang meluangkan waktu untuk menenangkan diri sebelum berkumpul untuk membahas masalah tersebut dengan tenang.
5. Hindari tanggapan yang tidak membantu
Cobalah untuk tidak memperburuk situasi atau memprovokasi orang yang melakukan silent treatment untuk berbicara. Hal ini dapat menimbulkan konflik yang lebih besar.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
