Israel Negara Konflik Tapi Kaya Raya, Kok Bisa?

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
14 October 2023 20:30
People enjoy the beach front in Tel Aviv, Israel, Saturday, May 22, 2021. A cease-fire took effect early Friday after 11 days of heavy fighting between Israel and Gaza's militant Hamas rulers that was ignited by protests and clashes in Jerusalem. (AP Photo/Oded Balilty)
Foto: Orang-orang menikmati pantai di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 22 Mei 2021. (AP / Oded Balilty)

Jakarta, CNBC Indonesia - Israel, sebagai sebuah negara yang terus berperang dengan negara yang didudukinya, yakni Palestina masih terus mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang mentereng. Bahkan, Bank Dunia atau World Bank menempatkan negara itu sebagai negara berpendapatan tinggi atau high income countries.

Di tengah hubungan Israel dan Palestina yang kembali memanas setelah pasukan Hamas melancarkan serangan pada Sabtu (7/10/2023) lalu ke Israel dan mendapat balasan lebih besar darinya, perekonomian kedua negara itu semakin timpang setelah status perang kini menyandang relasi keduanya.

Palestina, yang selama puluhan tahun berada di bawah okupansi Israel, sulit berkembang secara ekonomi. Jangankan bisa tumbuh menjadi negara maju, banyak negara malah menolak mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Mengutip laporan Bank Dunia, ekonomi negara berpopulasi 5,4 juta orang itu akan melemah pada tahun ini.

Sementara Israel, meski terus menerus berkonflik, adalah negara maju yang berpenghasilan tinggi. Mengutip data Trading Economics, Produk Domestik Bruto (PDB) Israel mencapai US$522,03 miliar pada 2022. Jumlah itu mewakili 0,23 persen perekonomian dunia. PDB per kapita Israel tercatat sebesar US$42.594 pada 2022, naik dari US$40.802 pada tahun sebelumnya.

Dalam dua dekade terakhir, hasil industri Israel juga telah mencapai kemajuan tingkat internasional di bidang elektronik medis, agroteknologi, telekomunikasi, bahan kimia, perangkat keras dan perangkat lunak komputer, serta pemotongan dan pemolesan berlian.

Lantas, apa rahasia Israel bisa menjadi negara yang kaya meski terus-menerus berkonflik dengan Palestina?

Setidaknya ada dua faktor yang berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Israel, yakni imigrasi dan arus masuk modal.

Dilansir BBC, majunya industri di Israel tak lepas dari banyaknya tenaga ahli yang melakukan eksodus dari negara-negara Eropa selama pecah Perang Dunia II untuk menghindari persekusi.

Lalu, berpindahnya orang-orang dari Silicon Valley, Amerika Serikat (AS) ke Israel pada 1980-an membuat pusat-pusat penelitian untuk beragam perusahaan teknologi AS, seperti Microsoft, IBM, dan Intel semakin berkembang.

Industri-industri yang sudah berkembang pesat di Israel antara lain pupuk, pestisida, farmasi, bahan kimia, plastik, dan logam berat.

Negeri Yahudi tersebut terkenal dengan industri manufaktur yang paling maju sejak 1970-an. Israel pun menjadi negara yang tidak mengandalkan sumber uang dari minyak seperti negara Arab lainnya.

pada 1990-an, para insinyur yang berpindah dari negara-negara bekas Uni Soviet ke Israel membuat negara itu semakin diberkati dengan kelimpahan sumber daya manusia terampil. Maka dari itu, tidak heran bila perusahaan-perusahaan baru di sektor teknologi semakin menjamur.

Sektor teknologi yang sebelumnya hanya menyumbang sebesar 37 persen dari produk industri langsung meningkat menjadi 58 persen pada 1985. Pada 2006, angka tersebut kembali meningkat menjadi 70 persen.

Banyaknya perusahaan besar di bidang teknologi otomatis menyumbang pemasukan besar untuk Pemerintah Israel dari sisi pajak, sumber devisa, ataupun penyerapan jumlah tenaga kerja. Pendapatan tersebut belum termasuk royalti dari paten-paten yang dibuat di perusahaan Israel.

Selain itu, Israel diketahui banyak menerima pendanaan untuk pengembangan riset dan teknologi dari negara lain, seperti AS, Kanada, Italia, Austria, Prancis, Irlandia, Belanda, Spanyol, China, Turki, India, dan Jerman.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular