Indonesia Tiru Malaysia Promosi Health Tourism, Ini Caranya
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengatakan bahwa pihaknya akan menggencarkan promosi layanan kesehatan Indonesia di tengah persaingan dengan negara-negara tetangga.
Sandi mengatakan, ada sekitar 600 ribu hingga 2 juta masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri setiap tahunnya. Akibatnya, Indonesia kehilangan devisa sebesar US$11 miliar atau sekitar Rp173 triliun (asumsi kurs Rp15.733/US$).
"Lebih dari 600 ribu masyarakat Indonesia, hampir mencapai 2 juta [orang berobat di luar negeri]. Total devisa yang dikeluarkan untuk layanan kesehatan di luar negeri itu mencapai US$11 miliar atau mencapai hampir Rp180 triliun," beber Sandi dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Senin (9/10/2023).
Guna menghindari kebocoran devisa yang lebih besar, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berencana akan melakukan tiga strategi utama demi menggaet kepercayaan dan minat berobat masyarakat Indonesia di dalam negeri.
"Masyarakat Indonesia datang ke Malaysia dan Singapura [untuk berobat] karena tiga hal, yakni promosi yang gencar, layanan yang baik, dan fasilitas kesehatan yang sangat tersedia," ungkap Sandi.
"Jadi dari tiga ini kita akan pastikan layanan kesehatan di Indonesia juga tidak kalah. Kita juga akan fasilitasi dalam bentuk promosi dan beberapa insentif," lanjutnya.
Lebih lanjut, Sandi mengatakan bahwa sejumlah kota di Indonesia telah membentuk Dewan Pariwisata Kesehatan, yakni Medan, Sumatra Utara; Surabaya dan Malang, Jawa Timur; Manado, Sulawesi Utara; Makassar, Sulawesi Selatan; dan Denpasar, Bali.
Warga RI Berobat di Malaysia dan Singapura, Medan Rugi Rp6 Triliun
Salah satu kota yang terdampak akibat tingginya minat masyarakat Indonesia untuk berobat di luar negeri adalah Medan. Wali Kota Medan, Bobby Nasution, mengungkapkan bahwa Medan kehilangan potensi pemasukan hingga Rp6 triliun.
"Sumatra Utara itu peringkat kedua di Pulau Sumatra yang masyarakatnya banyak sekali pergi ke Malaysia dan Singapura [untuk berobat]. Lebih dari 200 ribu warga kita berobat check up ke Malaysia dan Singapura," ungkap Bobby dalam kesempatan yang sama.
"Dari 200 ribuan ini kalau kita hitung-hitung secara nilai ekonomi, kita pernah ngitung itu lebih dari Rp6 triliun angka yang potensi lost yang ada di Kota Medan," beber Bobby.
Bobby mengatakan, salah satu faktor pendorong sedikitnya minat masyarakat Sumatra Utara untuk berobat di Medan adalah hospitality dan promosi. Menurut Bobby, hospitality dan promosi fasilitas layanan kesehatan di Malaysia dan Singapura jauh lebih baik daripada di dalam negeri.
"Hal yang menjadi potensi kita kalah bersaing adalah hospitality. Itu yang menjadi salah satu faktor utama kita sangat jauh dibandingkan dengan medis yang ada di luar negeri," kata Bobby.
Wali Kota Medan mengungkapkan, rumah sakit dan Pemerintah Malaysia sangat gencar melakukan promosi di ibu kota Sumatra Utara itu. Bahkan, promosi secara besar-besaran di pusat perbelanjaan bisa dilakukan dua kali dalam sebulan.
"Setelah pandemi Covid-19, promosinya sangat luar biasa. Di waktu-waktu mall ramai, mereka bisa menghadirkan promo-promonya yang sangat luar biasa sekali sehingga masyarakat kembali tertarik untuk mereka berobat di sana," jelas Bobby.
(hsy/hsy)