Jangan Mau Dibohongi, Kemasan Label BPA-Free Belum Tentu Aman

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
Jumat, 06/10/2023 11:05 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Menggunakan produk bebas bisphenol A (BPA) atau BPA-free bukan jaminan keamanan. Sebab, kemungkinan kemasan tersebut juga mengandung zat-zat kimia berbahaya lain yang berpotensi mengganggu kesehatan. Hal tersebut dipaparkan oleh para ilmuwan dalam studi baru yang dipimpin oleh University of Missouri.

Melansir Science Daily, selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mempelajari BPA secara ekstensif pada model hewan dan hasilnya menunjukkan bahwa bahan kimia tersebut berperan dalam keguguran dini, penyakit plasenta, dan berbagai dampak kesehatan negatif setelah kelahiran.

Lantaran dampak buruk terhadap kesehatan ini semakin diketahui secara luas, perusahaan-perusahaan beralih menggunakan bahan kimia alternatif untuk mengembangkan produk plastik, misalnya botol air dan wadah makanan, dan sering kali memberi label pada produk tersebut bebas BPA atau BPA-free.


Kendati demikian, peneliti Cheryl Rosenfeld memperingatkan bahan kimia alternatif plastik lainnya, seperti bisphenol S (BPS), mungkin juga tidak jauh lebih baik digunakan oleh manusia.

Dalam studi tersebut, Rosenfeld dan rekan-rekannya fokus meneliti efek dari BPS pada plasenta tikus. Ia mengatakan plasenta berfungsi sebagai catatan sejarah tentang apa yang dihadapi bayi dalam kandungan saat berada di dalam rahim.

Plasenta juga dapat mentransfer apa pun yang mungkin terpapar oleh ibu dalam darahnya, seperti bahan kimia berbahaya, ke janin yang sedang berkembang.

"Bahan kimia sintetis seperti BPS dapat menembus plasenta ibu, sehingga apa pun yang beredar dalam darah ibu dapat dengan mudah ditransfer ke bayi yang sedang berkembang," kata Rosenfeld, profesor ilmu biomedis di College of Veterinary Medicine, peneliti di Bond Life Sciences Center, dan anggota fakultas penelitian untuk Thompson Center for Autism and Neurobehavioral Disorders di MU.

"Model tikus ini adalah model terbaik yang kami miliki saat ini untuk mensimulasikan kemungkinan dampak BPS selama kehamilan manusia, karena plasenta memiliki struktur serupa pada tikus dan manusia," tambahnya.

Rosenfeld mengatakan bahwa plasenta berfungsi sebagai sumber utama serotonin untuk perkembangan otak janin baik pada tikus maupun manusia. Serotonin, meskipun umumnya dikaitkan dengan perasaan bahagia, adalah bahan kimia alami yang dapat memengaruhi fungsi seseorang, termasuk emosi dan aktivitas fisik seperti tidur, makan, dan mencerna makanan.

"Plasenta merespons baik bahan kimia alami maupun bahan kimia sintetis yang disalahartikan oleh tubuh sebagai bahan kimia alami, namun tubuh tidak memiliki kemampuan untuk mengurangi dampak merugikan dari bahan kimia buatan industri tersebut," kata Rosenfeld.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ribuan Warga Iran Hadiri Pemakaman Para Komandan Militer