Orang China Makin Malas Nikah, Industri Wedding Ketar-Ketir
Jakarta, CNBC Indonesia - China, negara dengan populasi terbesar di dunia, mulai mengalami tren menurunnya angka pernikahan dan kelahiran. Makin banyak anak muda di Negeri Tiongkok yang menunda atau bahkan menyerah untuk menikah dan berkeluarga lantaran kondisi ekonomi yang sulit. Fenomena sosial ini mengancam industri wedding senilai US$500 miliar atau sekitar Rp7.500 triliun!
China mencatatkan penurunan jumlah penduduk untuk pertama kalinya dalam 60 tahun, menurut laporan Reuters. Data tersebut membuat pejabat khawatir, mereka berupaya menghidupkan kembali perkawinan dan kelahiran.
"Jumlah pernikahan menurun dan hanya sedikit pasangan bersedia mengeluarkan banyak uang untuk pernikahan," kata Yuan Jialiang, yang menjalankan bisnis wedding planner selama hampir satu dekade di Shanghai, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (20/9/2023).
"Masa depan industri ini tampaknya tidak menjanjikan."
Ada 6,8 juta pernikahan di seluruh China pada 2022 lalu. Angka ini 800.000 lebih sedikit dibandingkan tahun 2021 dan merupakan angka terendah sejak pemerintah mulai mempublikasikan data tersebut pada tahun 1986.
Turunnya angka pernikahan akan memperburuk penurunan angka kelahiran di China, yang kini menjadi salah satu negara dengan penuaan tercepat di dunia.
"Ada banyak konsumen yang hanya mengatakan 'pernikahan bukanlah hal yang cocok buat saya' dan banyak orang dewasa muda di China merasa bahwa membesarkan anak itu terlalu mahal," kata Ben Cavender, pengelola direktur dan kepala strategi di China Market Research Group.
Sebelum pandemi melanda, pernikahan adalah bisnis besar di Tiongkok, dan Daxue Consulting memperkirakan industri ini bernilai 3,6 triliun yuan ($487 miliar) pada tahun 2020.
Pasangan biasanya memilih perhiasan emas, dekorasi fantastis, dan tempat mewah untuk merayakan pernikahan mereka, namun Frank Chen, dari Chen Feng Wedding Planning di Shanghai, mengatakan hanya sedikit pernikahan tahun ini yang memiliki anggaran lebih dari 100.000 yuan (atau sekitar Rp200 juta)
"Orang-orang lebih cenderung memilih pernikahan yang sederhana dan niche," kata Chen, sambil menambahkan bahwa satu dekade lalu, sangat wajar orang menghabiskan miliaran untuk sebuah pernikahan.
(hsy/hsy)