Dokter Ungkap Penyebab Anak Stunting yang Sering Disepelekan
Jakarta, CNBC Indonesia - Stunting adalah jenis malnutrisi yang ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata dan tidak sesuai dengan usia. Studi menemukan bahwa anak yang mengalami stunting memiliki rata-rata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan skor IQ anak normal.
Praktisi Kesehatan Masyarakat (Kesmas), dr. Ngabila Salama, mengungkapkan bahwa anak dari orang tua perokok terbukti memiliki risiko stunting yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak dari orang tua bukan perokok. Dia memaparkan, ada tiga jenis rokok penyebab stunting yang wajib dikenali oleh masyarakat, yakni first-hand smoke, second-hand smoke, dan third-hand smoke.
Secara sederhana, first-hand smoke adalah asap rokok yang dihisap langsung oleh perokok. Sementara itu, second-hand smoke adalah asap yang dikeluarkan oleh perokok aktif dan dihirup oleh orang lain. Terakhir, third-hand smoke adalah residu asap rokok yang menempel di permukaan benda.
"Residu rokok di tembok itu bisa bertahan seminggu sampai dua minggu, termasuk di baju, tangan, dan handphone yang sering dipegang anak-anak saat di rumah," ujar dr. Ngabila dalam siaran langsung Instagram Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), Jumat (25/8/2023).
"First, second, dan third-hand smoke itu efeknya sama-sama membahayakan dan berkaitan erat dengan perkembangan balita," lanjut dr. Ngabila.
dr. Ngabila mengatakan, sejumlah penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang terpapar asap rokok memiliki perkembangan yang lebih rendah dan lambat bila dibandingkan yang tidak terpapar.
Selain itu, dr. Ngabila mengungkapkan bahwa beberapa penelitian sempat menemukan kadar nikotin pada urin bayi yang tinggal di lingkungan perokok. Sebab, nikotin yang terkandung di dalam rokok memang mudah terhirup dan sangat berbahaya bagi bayi dan anak-anak. Terlebih, anak-anak memiliki laju napas yang lebih besar.
"Lalu, ada juga yang melakukan pemeriksaan dengan psikolog. Ternyata [asap rokok] juga memengaruhi proses perkembangan dan mental, IQ juga dipengaruhi. Gangguan emosional, kecemasan, ADHD, autis, itu semua ternyata berhubungan (akibat paparan rokok)," kata dr. Ngabila.
Stunting adalah salah satu jenis malnutrisi yang ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata dan tidak sesuai dengan usia. Dikutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis yang dapat dikaitkan dengan kemiskinan, kesehatan, dan gizi ibu yang buruk.
Kemenkes RI mendefinisikan stunting sebagai bentuk kegagalan pertumbuhan atau growth faltering akibat tidak cukupnya nutrisi yang diterima sejak kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan stunting dapat semakin parah bila tidak terimbanginya kejar tumbuh atau catch up growth anak.
Kondisi yang dapat terjadi mulai dari janin masih di dalam kandungan dan baru terlihat saat berusia dua tahun ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak. Menurut Kemenkes, anak yang mengalami stunting memiliki rata-rata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan skor IQ anak normal.
(hsy/hsy)