Bumi Makin Panas, Buah-buahan Ini Diprediksi Hilang di Korsel

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
21 August 2023 08:10
A grape picker harvests grapes of Pinot Noir to produce Cremant, a sparkling wine of the Alsace region, at the Lang vineyard in Wolxheim near Strasbourg, France, August 28, 2018. REUTERS/Vincent Kessler
Foto: Ilustrasi petani Anggur (REUTERS/Vincent Kessler)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana iklim bukan isapan jempol belaka. Sejumlah studi menunjukkan bahwa suhu Bumi kian panas. Sebagai dampak dari suhu Bumi yang semakin meningkat, area untuk menanam buah-buahan musiman makin hilang. Dan buntut dari semua bencana ini, sejumlah buah-buahan diprediksi ikut lenyap. 

Menurut laporan The Korea Herald, jenis buah-buahan yang terancam hilang dari Korea Selatan akibat pemanasan global adalah apel, anggur, dan pir. Sementara itu, buah-buahan tropis, seperti mangga dan markisa justru akan menjadi 'buah populer' di negara tersebut.

"Kita mungkin tidak dapat melihat perubahannya secara langsung. Namun, tanaman buah yang biasa kita lihat di toko dan pasar tradisional mungkin akan berubah di masa depan. Apa yang kita sebut sebagai buah-buahan musiman di sini juga bisa berubah," kata peneliti senior di Research Institute of Climate Change and Agriculture, Han Hyun-hee, dikutip Jumat (18/9/2023).

Menurut laporan terbaru Research Institute of Climate Change and Agriculture, apel adalah buah yang paling terdampak akibat pemanasan global. Pada 2070, sebagian besar area yang dapat ditanami apel di Korea Selatan diprediksi akan menghilang, kecuali beberapa wilayah di Provinsi Gangwon yang berada di paling utara.

"Dulu, tidak ada yang berpikir untuk menanam pohon apel di Provinsi Gangwon, tetapi sekarang sudah ada petani yang menanam apel di wilayah tersebut," ujar Han.

Pada era 1980-an, sebagian besar apel ditanam di wilayah Daegu dan sekitarnya. Namun, ladang apel terbesar saat ini telah pindah ke daerah-daerah dengan garis lintang lebih tinggi, seperti Cheongsong, Andong, dan Yeongju di Provinsi Gyeongsang Utara, serta Chungju, Provinsi Chungcheong Utara.

Sementara itu, area budidaya jeruk Hallabong asli Jeju juga ikut berpindah ke utara dan saat ini diproduksi di Naju, Provinsi Jeolla Selatan; Jeongeup, Provinsi Jeolla Utara; dan Chungju, Provinsi Chungcheong Utara.

Para peneliti menyatakan bahwa ketika suhu rata-rata naik sebesar 1 derajat Celsius, lokasi yang cocok untuk tanaman berada di 81 kilometer ke utara garis lintang dan 154 meter ke atas ketinggian.

Suhu rata-rata di Korea Selatan terus naik

FILE PHOTO: Organic bananas are pictured in an organic supermarket in Berlin, Germany, January 31, 2013.   REUTERS/Fabrizio BenschFoto: REUTERS/Fabrizio Bensch/
FILE PHOTO: Organic bananas are pictured in an organic supermarket in Berlin, Germany, January 31, 2013. REUTERS/Fabrizio Bensch

Pada 2013 hingga 2022, suhu rata-rata di Korea Selatan naik sekitar 0,6 derajat Celsius menjadi 24,3 derajat Celsius. Sebelumnya, suhu rata-rata pada 1991 hingga 2000 adalah 23,7 derajat Celsius. Perubahan tersebut mendorong area budidaya tanaman bergeser sejauh 48,6 kilometer ke utara.

Menurut laporan yang sama, daerah subtropis yang mencakup sekitar 6 persen dari total luas tanah Korea Selatan dapat meningkat menjadi sekitar 55,9 persen pada 2050.

Selain itu, laporan mengklaim bahwa area tumbuhnya buah-buahan musiman, seperti pir, persik, dan anggur akan menyusut. Pada tahun 2090, persik dan pir tidak akan bisa tumbuh di sebagian besar tempat, kecuali beberapa daerah di Provinsi Gangwon. Daerah yang cocok suhu untuk budidaya anggur berkualitas akan menyusut secara signifikan mulai tahun 2070.

"Kami sedang berupaya untuk mengembangkan buah-buahan yang tahan suhu lebih tinggi, tetapi memperbaiki sifat-sifat tanaman buah juga memiliki batasnya. Pada akhirnya, para petani harus mengubah tanaman mereka," kata Han.

Seiring suhu Bumi yang semakin memanas, jumlah petani yang beralih ke buah-buahan tropis juga relatif semakin meningkat.

Di Jeju, bagian paling selatan Korea Selatan, petani mulai menanam buah-buahan tropis, seperti markisa, buah naga, dan pisang. Sementara itu, tanaman tropis lainnya, seperti pepaya dan ceri juga mulai dibudidayakan di Provinsi Jeolla Selatan dan Gyeongsang Selatan.

"Di Korea, buah-buahan tropis masih harus ditanam di rumah kaca, tetapi banyak petani yang beralih ke buah-buahan tropis karena biaya yang diperlukan untuk menjaga suhu akibat peningkatan suhu lebih rendah," papar Han.

Laporan institut penelitian tersebut mengatakan bahwa jumlah petani yang menanam buah-buahan tropis di Korea Selatan mencapai 556 pada 2021, naik 50 persen dari tahun 2017. Luas lahan yang digunakan untuk buah-buahan tropis juga meningkat sebanyak 70 persen, yakni menjadi 186,8 hektar dari 109,4 hektar pada tahun 2017.

Berdasarkan tanaman, mangga adalah buah tropis yang paling banyak dibudidayakan dengan luas 76,8 hektar pada 2021, diikuti markisa dengan 34,6 hektar, dan pisang dengan 21,2 hektar.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Tempat Paling 'Mendidih' di Bumi, Suhu Tembus 56 Derajat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular