Kasihan, Ternyata Gen Z Paling Merasa Bersalah Saat Liburan
Jakarta, CNBC Indonesia - Waktu liburan seharusnya dihabiskan untuk bersenang-senang, hingga melupakan sejenak pekerjaan kantor. Namun tidak untuk Generation Z atau Gen Z.
Sebuah penelitan di Amerika Serikat (AS) menunjukkan para pekerja termuda saat ini seringkali merasa bersalah jika tidak tetap bekerja meski sedang berlibur.
Menurut Indeks Keyakinan Tenaga Kerja LinkedIn terbaru, berdasarkan survei terhadap 9.461 pekerja profesional AS, sekitar 35% pekerja Gen Z mengatakan bahwa mereka merasa bersalah karena tidak bekerja saat berlibur, dibandingkan dengan 29% rata-rata AS di seluruh rentang usia.
"Hal yang dilakukan Gen Z bisa jadi karena mereka masih dalam tahap karir, di mana mereka lebih peduli untuk mengesankan bos, bergaul dengan rekan kerja atau memastikan mereka berusaha keras," kata George Anders, editor senior LinkedIn, mengutip CNBC International, Senin (14/8/2023).
"Gen Z sangat teliti," kata Anders.
"Mereka mungkin memiliki kebiasaan yang berbeda, seperti preferensi kode pakaian atau keinginan lokasi tempat mereka bekerja, tetapi dari apa yang kami lihat, komitmen Gen Z untuk memberikan pekerjaan yang baik sama kuatnya dengan generasi lainnya."
Khawatir masalah keuangan
Pekerja muda juga dilaporkan sulit merencanakan perjalanan yang akan datang jika belum keluar atau putus kontrak dari perusahaan.
Sekitar 58% pekerja Gen Z mengatakan mereka berencana untuk berlibur dan benar-benar melepaskan diri dalam beberapa bulan ke depan, dibandingkan dengan 64% generasi milenial, 62% Generasi X, dan 64% baby boomer.
"Generasi Z adalah generasi yang melakukan banyak tugas tidak seperti orang lain, jadi perasaan tidak terhubung sama sekali bisa menjadi penyesuaian," kata Anders.
Kekhawatiran keuangan juga dapat berperan, di mana 31% pekerja Gen Z mengatakan mereka tidak berlibur tahun ini karena ekonomi, sedikit lebih tinggi daripada rekan kerja milenial dan Gen X.
Untuk itu, Anders mengatakan para pekerja yang memiliki sedikit anggaran biasanya menukar perjalanan musim panas yang mahal dengan pilihan yang lebih terjangkau di musim gugur.
Akhirnya, kata Anders, melepaskan rasa bersalah saat liburan bisa berujung pada melepaskan ego.
"Kadang-kadang ini hanya tentang memiliki kerendahan hati mengetahui bahwa meskipun pekerjaan Anda penting, bukan seolah-olah organisasi akan terhenti saat Anda tidak bekerja di sana. Pekerjaan akan selesai," pungkasnya.
(dce)