Trik Mudah Hindari Polusi Udara: Jangan Napas Pakai Mulut
Jakarta, CNBC Indonesia - Selama satu pekan terakhir, kualitas udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) masuk ke dalam kategori buruk. Bahkan, Jakarta sempat menduduki posisi pertama sebagai negara dengan udara terkotor di dunia, Kamis (10/8/2023).
Berkaitan dengan kondisi tersebut, Clinical & Scientific Lead AsaRen, dr. Meryl Kallman, mengimbau setiap individu untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, terutama jika Air Quality Index atau Indeks Kualitas Udara (AQI) menyentuh angka tinggi, yakni di atas 50.
Jika tetap harus beraktivitas di luar ruangan, dokter yang kerap disapa Mimi ini juga meminta masyarakat untuk kembali rutin menggunakan masker dan bernapas lewat hidung. Sebab, hidung adalah 'air purifier' alami manusia.
"Kalau harus beraktivitas di luar, sebaiknya gunakan masker respirator, seperti N95. Lalu, perlu diingat untuk bernapas lewat hidung karena hidung semacam 'air filter' (penyaring udara) bawaan," kata ujar dr. Mimi kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Senin (14/7/2023).
"Kalau tarik napas, kita harus tarik napas lewat hidung. Kalau napas lewat mulut, itu lebih banyak polusi yang bisa masuk ke paru-paru," imbuhnya.
Sebagai informasi, bulu hidung berfungsi untuk menyaring kotoran, virus, bakteri, dan racun yang terhirup. Berkat penyaringan bulu hidung, polutan yang masuk ke dalam tubuh akan semakin sedikit sehingga risiko penyakit akibat polutan lebih rendah.
Melansir dari Popular Science, para ilmuwan dari University School of Medicine di Turki menemukan bahwa seseorang yang memiliki sedikit bulu hidung tiga kali lebih berisiko mengidap asma daripada mereka yang memiliki banyak bulu hidung.
Selain bulu, hidung juga memiliki silia yang berfungsi untuk menyaring molekul kecil yang berisiko membahayakan tenggorokan. Silia bekerja dengan cara mengumpulkan lendir saat batuk atau menelan. Bila menelan lendir tersebut, asam lambung akan menghancurkan molekul-molekul tersebut.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa ada sejumlah faktor yang mendorong semakin buruknya kualitas udara di Jabodetabek, yakni kemarau panjang selama tiga bulan terakhir, pembuangan emisi dari transportasi, dan kegiatan industri.
Jokowi mengatakan, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kualitas udara dan menghindari risiko penyakit masyarakat Jabodetabek akibat polusi adalah kembali menerapkan sistem Work from Home (WFH).
"Jika diperlukan, kita harus berani mendorong banyak kantor-kantor melaksanakan hybrid working, work from office, work from home," kata Jokowi melalui unggahan di akun Instagram pribadi (@Jokowi), Senin (14/8/2023).
Selain itu, Jokowi juga meminta pemerintah untuk masif dan tegas dalam membatasi penggunaan kendaraan bermotor atau kendaraan dengan bahan bakar fosil.
"Dalam jangka menengah, saya meminta jajaran pemerintah konsisten melaksanakan kebijakan mengurangi penggunaan kendaraan berbasis fosil, mendorong semua pihak beralih ke transportasi massal seperti LRT, MRT, hingga kereta cepat," papar Jokowi.
(hsy/hsy)