
Sandi: Jokowi Sakit Batuk Hampir 4 Minggu Gegara Udara Buruk!

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo sudah menderita batuk selama hampir empat pekan. Semua itu dinilai akibat polusi udara Jakarta yang buruk.
Demikian disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno usai rapat terbatas mengenai 'Peningkatan Kualitas Udara Kawasan Jabodetabek' di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Sandi hadir sebagai Menteri Ad Interim ESDM. Menurut informasi yang dihimpun, Arifin Tasrif saat ini sedang berada di luar negeri.
"Presiden minta dalam waktu satu minggu ini ada langkah konkret karena presiden sendiri sudah batuk katanya sudah hampir 4 minggu. Beliau belum pernah merasakan seperti ini dan kemungkinan dokter menyampaikan ada kontribusi daripada udara yang tidak sehat dan kualitasnya buruk," katanya.
Ia pun memiliki catatan mengenai kualitas udara di Jakarta yang tidak sehat. Menurutnya, banyak para calon peserta sport tourism atau wisata berbasis wisata menyoroti hal tersebut.
"Jika tidak ditangani dengan baik, ini akan berdampak buruk terhadap reputasi maupun penyelenggaraan event tersebut, dan akhirnya berdampak pada penurunan minat berwisata khususnya wilayah Jakarta," katanya.
Menurut Sandiaga, Jakarta merupakan gerbang utama wisatawan setelah Bali dan Kepulauan Riau. Sehingga Jokowi meminta dalam waktu satu minggu ini ada langkah konkret yang dilakukan.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengungkapkan alasan kualitas udara di wilayah Jabodetabek sangat buruk.
"Ada beberapa faktor antara lain kemarau panjang, kemudian konsentrasi polutan, lalu ada emisi dari transportasi termasuk dari manufaktur industri," katanya.
Siti menjelaskan, penyebab pencemaran kualitas udara ini disebabkan oleh kendaraan bermotor. Karena dari catatanya pada tahun 2022 lalu, ada 24,5 juta kendaraan bermotor dan 19,2 juta di antaranya sepeda motor.
Ia juga menampik kabar polusi udara berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon. Ini karena dari hasil analisis pencemaran udara tidak bergerak ke arah Jakarta melainkan ke Selat Sunda.
"Jadi bisa dikatakan bahwa bukan karena PLTU begitu ya, apalagi dilihat dari hasil studi penggunaan batubara berpengaruh ke Jakarta sih gak sampai 1%," katanya.
Siti juga menjelaskan faktor waktu saat pengukuran kualitas udara juga menentukan hasil tingkat polusi udara. Di waktu dini hari biasanya mendapatkan hasil yang lebih buruk karena bercampur dengan uap air.
Setidaknya saat ini ada beberapa usulan solusi untuk mengurangi polusi udara di kawasan Jabodetabek. Siti menjelaskan dalam jangka pendek harus ada intervensi yang dilakukan pemerintah mulai dari penegakan regulasi EURO 5 - 6 kawasan Jabodetabek, penambahan ruang terbuka hijau juga penerapan work from home.
Sedangkan jangka menengah dengan pengurangan kendaraan yang menggunakan energi fosil dan mendorong ke transportasi masal ke LRT, MRT, hingga Kereta Cepat. Juga mendorong penggunaan kendaraan listrik hingga penerapan uji emisi.
"Presiden meminta inventarisir langkah cepat termasuk yang kami usulkan pelaksanaan razia uji emisi, kepatuhan uji emisi kendaraan bermotor," kata Siti.
Selain itu, ada permintaan dari kepala negara untuk mengecek ke wilayah industri kawasan Jabodetabek, terkait emisi gas buang.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Nyaris Makan Formalin, Sandi Uno Beberkan Penyebabnya