Waspada Pakai Tinder! Banyak Pengguna Sudah Punya Pasangan
Jakarta, CNBC Indonesia - Di era digital saat ini, banyak masyarakat modern yang menggunakan aplikasi kencan seperti Tinder untuk mencari jodoh. Sayangnya, Anda harus lebih berhati-hati karena menurut hasil studi banyak dari pengguna Tinder yang sebenarnya sudah menikah atau memiliki pasangan.
Setengah dari hampir 1.400 pengguna Tinder yang disurvei mengatakan mereka tidak tertarik untuk benar-benar mencari pasangan, menurut penelitian yang diterbitkan bulan lalu di Mary Ann Liebert, Inc. Dan sekitar 67% melaporkan bahwa mereka sudah menjalin hubungan lain, dan beberapa sudah menikah saat mereka menggunakan aplikasi tersebut.
Para peneliti bertanya kepada peserta berusia 18 hingga 74 tahun, yang direkrut melalui iklan online. Peserta lalu diberi pertanyaan tentang motivasi mereka menggunakan aplikasi kencan Tinder.
Para peneliti kemudian mempelajari tingkat kepuasan peserta terhadap aplikasi.
"Tinder telah diunduh lebih dari 530 juta kali dan menciptakan lebih dari 75 miliar match. Fitur 'Relationship Goals' dalam aplikasi Tinder memungkinkan anggota menunjukkan motivasi mereka," tulis juru bicara Tinder, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, dalam sebuah penyataan.
Secara global, 40% anggota Tinder mengatakan bahwa mereka mencari hubungan jangka panjang, sementara 13% mencari hubungan jangka pendek.
Alasan tetap pakai Tinder meski sudah punya pasangan
Studi tersebut melaporkan bahwa banyak yang memilih untuk tetap menggunakan Tinder meskipun mereka tidak mencari pasangan. Alasannya karena mereka menganggap aplikasi tersebut sama seperti media sosial lainnya.
Platform Tinder menjadi sumber hiburan dan hubungan sosial layaknya media sosial lainnya. Sebagian pengguna juga mengaku bahwa Tinder memberikan dorongan kepercayaan diri ketika mereka mendapatkan likes dan match.
Rekan penulis studi Germano Vera Cruz, seorang ilmuwan data dan profesor psikologi di University of Picardie Jules Verne di Prancis, mengatakan bahwa pengguna aplikasi kencan yang motivasinya mencari pasangan memiliki prospek kesuksesan yang rendah karena lebih sedikit pengguna yang memiliki tujuan yang sama.
Rekan penulis lainnya, Dr. Elias Aboujaoude, seorang profesor psikiatri klinis di Stanford Medicine, mengatakan temuan ini sejalan dengan apa yang dia dengar dari pasien yang mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk menghapus aplikasi kencan setelah bertahun-tahun mencobanya.
"Ada perasaan bahwa mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menggunakannya sebagai hiburan atau mengalihkan perhatian mereka dari hal-hal lain," kata Aboujaoude.
"Hal ini bisa membuat kewalahan, dan dalam beberapa kasus, hal ini dapat mengarahkan orang pada anggapan bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau, seperti selalu ada pilihan yang lebih baik di luar sana," paparnya.
Tanggapan Tinder
Perwakilan Tinder di Indonesia menilai data yang dipublikasikan dalam penelitian ini tidak akurat. Alasannya karena dalam survei tersebut, para responden pada dasarnya diberikan tiga pilihan untuk mendeskripsikan diri mereka, yaitu celibate (selibat), in a relationship (dalam suatu hubungan) atau widowed (cerai mati) -- tanpa opsi single (lajang). Terbatasnya pilihan opsi itu, menurut Tinder, menghasilkan gambaran yang keliru tentang siapa para member dan apa yang mereka cari.
"Saat ini, mayoritas anggota Tinder berusia 18-24 tahun. Dan fitur Tujuan Hubungan (Relationship Goals) dalam aplikasi Tinder memungkinkan member memilih satu dari enam tujuan berkencan di profil mereka, dengan 40% member menggunakan fitur yang menunjukkan bahwa mereka mencari hubungan jangka panjang 'a long-term relationship'," kata Tinder, dalam keterangan tertulis kepada CNBC Indonesia.
(hsy/hsy)