Kasus Copet Supermarket di Jepang Naik Tinggi, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang terkenal sebagai salah satu negara paling aman di dunia. Namun, analis mengatakan bahwa tingkat inflasi yang terus-menerus naik ditambah upah yang stagnan membuat banyak supermarket harus berjuang melawan aksi pengutilan.
Surat kabar lokal Manichi melaporkan kasus pengutilan meningkat terutama setelah banyak supermarket di Negeri Sakura menggunakan teknologi self check-out alias pembayaran mandiri untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja. Fenomena baru ini tentu mengejutkan mengingat Jepang terkenal sebagai negara dengan tingkat kriminalitas yang rendah.
Mainichi melaporkan bahwa sistem pembayaran mandiri pertama kali diterapkan di Jepang pada 2003. Hingga 2022, diperkirakan ada 30 persen dari seluruh supermarket yang mengoperasikan sistem tersebut, terutama karena supermarket mencari cara baru untuk membatasi interaksi antara staf dan pelanggan selama pandemi virus corona.
Asosiasi Supermarket Nasional nampak enggan buka-bukaan soal data kasuspengutilan, namun diperkirakan sekitar 80 persen pengutilan terjadi ketika pelanggan gagal memindai pembelian mereka di kasir swalayan. Fenomena baru ini membuat sejumlah swalayan mencatatkan peningkatan kerugian hingga 30 persen.
Dalam satu kasus pada Juni lalu, seorang wanita di supermarket di Nakagawa, Prefektur Fukuoka, mencoba mengutil 48 barang senilai 21.745 yen (sekitar Rp2,2 juta), termasuk kosmetik, daging, dan kebutuhan sehari-hari. Wanita itu tertangkap ketika penjaga keamanan berpakaian preman melihat dia bergerak secara mencurigakan di kasir.
Makoto Watanabe, profesor media dan komunikasi di Hokkaido Bunkyo University di Sapporo, mengatakan perubahan mendasar dalam masyarakat Jepang mendorong orang untuk mencuri.
"Perekonomian telah melemah selama 30 tahun dan kondisinya jauh lebih buruk sejak wabah virus corona. Sekarang kita melihat harga-harga barang sehari-hari naik, gaji tidak berubah, dan tidak ada tanda-tanda bahwa situasi akan berubah dalam waktu dekat," katanya kepada South China Morning Post.
"Banyak orang tak punya cukup uang untuk dibelanjakan, dan bagi mereka yang mengalami kesulitan, (mencuri) adalah kesempatan yang mudah."
(miq/miq)