3 Kelompok Orang yang Paling Menderita saat Suhu Panas

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
Jumat, 09/06/2023 11:50 WIB
Foto: Orang-orang menggunakan payung saat menyeberang jalan saat suhu mencapai rekor 45,4 derajat Celcius di Bangkok, Thailand, 22 April 2023. (REUTERS/CHALINEE THIRASUPA)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu belakangan ini, sejumlah negara di Asia, yakni Bangladesh, India, China, Thailand, dan Vietnam, mengalami fenomena gelombang panas atau heatwave.

Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), gelombang panas adalah fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut. Saat gelombang panas terjadi, suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celsius atau lebih.

Bila berlangsung cukup ekstrem dan lembap, gelombang panas bisa menimbulkan gejala yang parah dan dapat mengancam nyawa, terutama bagi kelompok berikut:


  • Orang yang menderita penyakit jantung
  • Memiliki masalah ginjal
  • Penderita diabetes.

"Ketika kelembapan di udara sangat tinggi, tubuh akan terus mengeluarkan keringat untuk melepaskan kelembapan dan mendinginkan diri, namun karena keringat tidak menguap akhirnya akan menyebabkan dehidrasi parah, dan pada kasus akut dapat menyebabkan serangan panas dan kematian, "kata Mariam Zachariah, peneliti di Imperial College London, seperti dikutip dari CNN Internasional.

Selain penderita penyakit di atas, efek ganas dari gelombang panas juga lebih rentan dialami oleh orang lanjut usia, bayi dan anak-anak, ibu hamil.

"Hal terpenting yang harus disadari ketika cuaca panas adalah memeriksa dan melindungi orang-orang yang berisiko," ujar Profesor kedokteran gawat darurat di Sekolah Kedokteran David Geffen di UCLA, Dr. Mark Morocco dalam laporan yang diterbitkan UCLA, dikutip Jumat (9/6/2023).

"Ini termasuk orang lanjut usia, orang yang memiliki banyak masalah medis, dan juga termasuk bayi serta anak-anak," lanjutnya.

Dr. Morocco mengatakan, tubuh orang tua, terutama yang sedang aktif mengonsumsi obat-obatan cenderung kesulitan dalam mengatur suhu tubuh sehingga lebih rentan berisiko ketika gelombang panas terjadi.

Demikian pula dengan bayi dan anak-anak kecil. Ketika gelombang panas, mereka cenderung lebih mudah mengalami dehidrasi dan rentan terhadap suhu tinggi. Maka dari itu, orang tua harus memastikan bayi dan anak-anak tidak terpapar langsung dengan sinar matahari.

"Perempuan hamil dapat mengalami kelebihan panas atau lebih mudah dehidrasi. Panas ekstrem juga bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur," jelas Dr. Morocco.

Lalu, orang dengan penyakit kronis adalah golongan yang harus mendapatkan perhatian khusus selama gelombang panas. Sebab, tubuh orang-orang tersebut bisa menjadi kurang peka dan responsif terhadap perubahan suhu.

"Obat-obatan yang mereka konsumsi dapat memperburuk efek panas ekstrem. Polusi udara seringkali lebih buruk selama gelombang panas karena dapat memperburuk asma dan penyakit pernapasan lainnya," kata staf pengajar di Departemen Gawat Darurat Pusat Medis Ronald Reagan UCLA ini.

Selanjutnya, individu dengan kelebihan berat badan dan obesitas cenderung mempertahankan lebih banyak panas di tubuh. Akibatnya, mereka mungkin lebih rentan terhadap penyakit-penyakit yang timbul akibat gelombang panas.

Golongan terakhir yang harus mewaspadai lebih gelombang panas adalah pekerja di luar ruangan. Menurut Morocco, para pekerja ini cukup berisiko karena kurangnya perlindungan dari sinar matahari dan suhu tubuh yang meningkat akibat aktivitas mereka. Maka dari itu, para pekerja di luar ruangan sangat diimbau untuk banyak beristirahat, memiliki cara untuk mendinginkan diri, dan tetap terhidrasi.

Berikut gejala akibat gelombang panas yang harus diwaspadai.

  • Terlihat bingung atau gelisah

  • Mengalami kesulitan berjalan atau berbicara

  • Merasakan mual atau pusing


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BLACKPINK Comeback! Lagu Baru Bakal Guncang Panggung Dunia