CNBC Insight

Geger! Setelah 30 Tahun Mati Jasad Orang Ini Malah Dinikahkan

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
07 June 2023 14:50
Pretha Kalyanam. (Tangkapan Layar/Twitter)
Foto: Pretha Kalyanam. (Tangkapan Layar/Twitter)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kamis, 28 Juli 2022 di pesisir Karnataka, India, digelar pesta pernikahan megah pasangan Chadappa dan Shobha.

Berbagai makanan disajikan untuk memanjakan lidah para tamu. Pertunjukan adat tradisional juga ditampilkan sebagai hiburan. Suasana riuh semakin terasa saat keluarga bersiap melakukan ritual pernikahan ala Hindu. 

Namun, pesta pernikahan itu berbeda dari biasanya. Jika sorotan di pesta mengarah pada pasangan pengantin, maka kali ini tidak. Sorotan justru terfokus pada boneka yang dibalut pakaian tradisional. Sebab, pasangan pengantin rupanya sudah meninggal sejak 30 tahun lalu. Dua boneka itulah yang lantas mewakilkan keberadaan pengantin.

Pretha Kalyanam. (Tangkapan Layar/Twitter @Anny_Arun)Foto: Pretha Kalyanam. (Tangkapan Layar/Twitter @Anny_Arun)

Meski begitu, esensi dan ritual pernikahan tetap dilakukan. Para pemuka agama mengatur penyatuan dua insan sesuai adat istiadat. Pasangan pengantin masing-masing dikalungi bunga di lehernya, saling bertukar bunga, dan kemudian ditutup dengan makan siang di atas daun pisang. 

Setelah acara benar-benar selesai, kedua pengantin dan keluarga berpamitan. Boneka itu lantas disimpan di bawah pohon.

Dalam alam pikir modernitas, peristiwa ini memang terkesan tidak masuk akal. Tetapi, inilah yang terjadi sesungguhnya di India, tepatnya di negara bagian Kerala dan Karnataka. Acara itu kemudian dikenal sebagai "Pretha Kalyanam" atau perkawinan orang mati.

Mengutip media lokal India The News Minute, praktik ini lazim dilakukan oleh komunitas masyarakat yang berada di wilayah Nalkadaya, Mogeyar, dan Mavilan. Mereka melakukan ini sebagai ajang ritual tolak bala.

Dalam pandangan mereka, mengutip The Times of India, individu yang meninggal sebelum usia 18 tahun memiliki jiwa yang masih mengembara dan mencari kedamaian. Pengembaraan ini terus berlangsung dan bisa membawa kesialan bagi anggota keluarga. Maka, salah satu cara untuk menghentikan proses itu adalah dengan melakukan praktik pernikahan meski individu sudah berwujud roh.

Lebih lanjut, Vice menjelaskan pernikahan roh dimaksudkan untuk menuntaskan fase hidup, sehingga para roh tidak lagi mengganggu saudaranya yang masih hidup.

Sejalan dengan itu, peneliti Sreelakshmi kepada The News Minute juga menyebut praktik ini sebagai cara "menyenangkan" para roh yang meninggal terlebih dahulu sebelum banyak merasakan kesenangan duniawi. 

Sebenarnya, praktik Pretha Kalyanam sudah jarang dilakukan. Sebelum kasus Chadappa dan Shobha, pernikahan terakhir terjadi tahun 2017 melibatkan pasangan Sukanya dan Ramesh. 

Setidaknya, mengutip Vice, ada dua alasan logis dibalik pudarnya praktik ini. 

Pertama, karena menurunnya angka kematian bayi. Memang, keberadaan praktik Pretha Kalyanam tidak terlepas dari banyaknya jumlah bayi yang meninggal. Semakin banyak, jelas praktik itu bakal tumbuh subur dan sering dilakukan.

Mengacu pada data yang dipublikasikan pemerintah Kerala, berkat upaya perbaikan sektor pendidikan dan kesehatan, angka kematian bayi di sana kini sangat rendah berkisar 12 dari 1.000 kelahiran. Praktis, praktik itu sudah jarang dilakukan.

Kedua, masih berkaitan dengan perbaikan sektor pendidikan dan kesehatan oleh pemerintah setempat. Keberhasilan otoritas melakukan perbaikan di dua sektor tersebut semakin mencerahkan dan membukakan mata masyarakat bahwa praktik itu sebetulnya tidak logis dan kental takhayul. 

Alhasil, dengan tercerahkannya pengetahuan masyarakat, maka logis apabila praktik itu mulai ditinggalkan. 


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anak 8 Tahun Jadi Biarawati, Tolak Warisi Bisnis Berlian Ayah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular