Misi Selamatkan Danau Toba, Eceng Gondok Disulap Jadi Pupuk!

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
26 May 2023 09:28
Jakarta Scholar Symposium
Foto: Dok Jakarta Scholar Symposium

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 12 siswa menghadirkan inovasi dan  aksi nyata yang membawa perubahan bagi lingkungan. Inovasi ini dihadirkan pada Jakarta Scholars Symposium (JSS), yang bertajuk "Saving our Earth".

Jakarta Scholars Symposium (JSS) merupakan koalisi nirlaba yang independen dan didedikasikan sebagai wadah bagi para generasi muda yang memiliki mimpi untuk melakukan sesuatu dan memimpin generasinya dalam menciptakan kesadaran terhadap topik-topik yang paling relevan dan menjadi perhatian dunia saat ini.

Acara ini menjadi simposium perdana bagi JSS dan menghadirkan 12 karya yang menjadi solusi nyata terhadap permasalahan yang menjadi perhatian dunia. Uniknya, pada simposium ini, para peserta bukan hanya mempresentasikan ide sesuai dengan minat mereka masing- masing, namun juga menunjukkan hasil aksi nyatanya yang telah terbukti efektivitas serta pengaruhnya dalam membawa dampak perubahan.

Karya yang dibawakan mencakup berbagai kategori, di antaranya adalah lingkungan dan nutrisi. Misalnya saja proyek usaha mereduksi jejak karbon, proyek konservasi air bersih, proyek pengembangan beras fortifikasi; dan lain sebagainya. Salah satu karya yang menonjol dan mendapatkan banyak apresiasi, adalah karya Stefan Fredrick Atmadja, yang merubah tanaman gulma eceng gondok yang merusak Danau Toba menjadi pupuk hayati bagi para petani Toba.

Stefan mengembangkan pupuk organik yang berasal dari eceng gondok di Danau Toba, yang diberi nama Steba, singkatan dari Sahabat Petani Toba. Pupuk hayati ini telah diuji, dan hasilnya dinyatakan sebagai pupuk yang kualitasnya di atas rata- rata, serta dapat meningkatkan produktivitas petani.

Proyek ini bermula dari keprihatinan Stefan ketika melihat indahnya Danau Toba yang tertutup eceng gondok.

"Padahal Danau Toba adalah danau vulkanik terbesar di dunia yang sangat indah dan menjadi salah satu Global Geopark UNESCO. Namun sayang tertutup oleh eceng gondok yang pertumbuhannya tidak terkontrol," jelas siswa kelas 11 Jakarta Intercultural School, Stefan Fredrick Atmadja, yang menjadi salah satu peserta JSS di Jakarta, dikutip Jumat (26/5/2023).

Menurutnya, eceng gondok yang menutupi danau, menimbulkan tiga permasalahan yang signifikan. Pertama, kerapatan eceng gondok menghalau sinar matahari sehingga menghalangi proses fotosintesis organisme di dalam danau. Kedua, mengurangi kadar oksigen yang akan menghambat pertumbuhan makhluk hidup lainnya. Kemudian yang ketiga, persoalan pariwisata.

"Karena dapat mengurangi keindahan pemandangan yang kemudian akan berakibat pada menurunnya daya tarik pariwisata," ujar Stefan.

Stefan menegaskan, tujuannya menjalankan proyek tersebut adalah untuk mengembalikan keindahan Danau Toba dan sekaligus mengubah eceng gondok menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi masyarakat.

"Yaitu dengan mengumpulkan dan memproses eceng gondok tersebut menjadi pupuk. Kandungan nitrogen dalam eceng gondok cukup tinggi yang tentu saja merupakan material yang baik untuk pupuk," jelasnya.

Selain telah mengantongi hasil uji laboratorium dari Sucofindo, produk pupuk hayati tersebut bahkan sudah digunakan oleh sejumlah petani di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.

"Berdasarkan penelitan yang saya lakukan, penggunaan pupuk dari eceng gondok pada tanaman padi mempercepat pertumbuhan padi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan pupuk tersebut. Saya harap, proyek ini dapat memberikan impact untuk meningkatkan produktivitas para petani, dan sekaligus membuat danau kembali indah serta mempertahankan nilai pariwisata Indonesia," katanya menambahkan.

Dalam presentasinya, Stefan menjelaskan dari awal proses bagaimana pupuk tersebut tercipta dari tanaman eceng gondok yang dianggap sebagai tanaman berjenis gulma tersebut, mulai dari pengumpulan, pencacahan, pengeringan, hingga proses fermentasi.

Simposium ini turut dihadiri juga oleh Head of Communication YKAN (Yayasan Konservasi Alam Nusantara), Sally Kailola yang mengapresiasi kegiatan ini.

"Setelah menyaksikan pemaparan yang dilakukan para siswa, saya sangat kagum dan sekaligus bangga. Ini adalah loncatan luar biasa, dimana para pelajar sebagai generasi muda ini telah memberikan kontribusi nyata, yaitu solusi atas permasalahan- permasalahan yang ditemukan. Mereka inilah yang akan membuat perubahan di masa depan," ujar tuturnya.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular