Kronologi & Sanksi dari Batalnya Drawing Piala Dunia U-20

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
27 March 2023 12:42
Tampilan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pasca renovasi, Senayan, Jakarta, Jumat (12/1/2018). Renovasi dengan nilai kontrak mencapai Rp 770 Miliar, sejumalah fasilitas anyar ditanamkan di stadion yang berdiri sejak 1962 tersebut, diantaranya tribune penonton single seater, kamar ganti yang dilengkapi fasilitas kamar mandi, toilet, shower, serta bak dengan pilihan air panas dan dingin, selain itu juga dicangkokkan rumput kelas 1 standar FIFA.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia sepak bola Indonesia kembali mengalami masalah yang cukup besar. Kali ini, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sedang menghitung konsekuensi terkait kemungkinan batalnya pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia.

Diketahui, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) membatalkan drawing Piala Dunia U-20 2023 di Denpasar, Bali yang rencananya digelar pada 31 Maret mendatang. Pembatalan ini masih berkaitan erat dengan penolakan masyarakat Indonesia terhadap tim nasional (Timnas) Israel yang juga menjadi peserta.

Apa yang Terjadi?

Keberadaan timnas Israel di Piala Dunia U-20 2023 memang sudah menjadi polemik di Indonesia sejak mereka memantaskan diri untuk berlaga di Piala Dunia U-20 2023. Diketahui, Israel menjadi runner up Grup B Piala Eropa U-19 2022 setelah Serbia tunduk 2-3 dari Austria pada 25 Juni 2022 lalu.

Kabar melenggangnya Israel ke ajang yang diselenggarakan di Indonesia ini langsung jadi perbincangan hangat bagi masyarakat tuan rumah. Ketua Umum PSSI pada saat itu, Mochamad Iriawan mengatakan bahwa Israel bisa bermain di Indonesia karena dijamin pemerintah.

"Soal Israel, saya rasa sudah ada kesepakatan dengan pemerintah pada tahun lalu [2021]. Siapa pun yang datang, bisa bermain. Israel tetap kami akomodasi," kata Iriawan pada 26 Juni 2022, dikutip dari CNN Indonesia, Senin (27/3/2023).

Tidak hanya Iriawan, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) saat itu, Zainudin Amali juga menjamin hal yang sama. Bahkan, Menpora meminta masyarakat Indonesia untuk memisahkan urusan politik dan olahraga.

Presiden Joko Widodo menerima Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 1 November 2022. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)Foto: Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 1 November 2022. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

 

"Sudah kami bahas sejak 2019. Semua negara yang lolos menjadi peserta Piala Dunia U-20 2023, dipersilakan untuk bermain. Pasti pihak keamanan kita akan memberikan rasa aman," ucap Zainudin.

Alih-alih meredam polemik, pernyataan dari dua instansi yang paling berkaitan dengan Piala Dunia U-20 2023 itu malah semakin memicu penolakan dari lapisan masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang menolak kehadiran Israel U-20 ke Indonesia adalah Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) melalui jumpa pers pada 29 Juni 2022 lalu.

Sejak saat itu, satu persatu kelompok masyarakat pun mulai berani menyatakan penolakan. Utamanya, penolakan dilakukan melalui media sosial dan rilis terbuka kepada media massa nasional.

Namun, isu ini belum menggema dengan garang. Pembahasan terkait penolakan Israel ini hanya muncul sesekali. Polemik semakin memanas setelah Gubernur Bali, I Wayan Koster menuliskan surat ke Menpora pada 14 Maret 2023.

Dalam surat yang ditujukan ke Zainudin Amali, Koster menolak Israel bermain di Bali setelah sebelumnya membuat twit di media sosial soal penolakan Israel.

Penolakan Semakin Meluas

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama Menteri BUMN Erick Thohir terlihat ikut hadir berjalan santai bersama Presiden Jokowi di sepanjang jalan Slamet Riyadi, Surakarta, Jawa Tengah, Minggu, 7 Agustus 2022. (Tangkapan Layar via Instagram @erickthohir)Foto: Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama Ketua Umum PSSI Erick Thohir  (Tangkapan Layar via Instagram @erickthohir)

Setelah Koster, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pun juga ikut menolak Israel bermain di wilayahnya, yakni Solo secara terang-terangan. Serupa dengan Koster, Ganjar menggunakan ideologi Bung Karno jadi landasan penolakan.

Tidak berhenti sampai di Koster dan Ganjar, DPRD Jawa Barat, kelompok sepak bola Palembang, hingga organisasi masyarakat (ormas) pun ikut beramai-ramai menolak Israel. Bahkan, ada ormas yang sampai melayangkan ancaman.

Lalu, organisasi keagamaan, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), petinggi Nahdlatul Ulama (NU), hingga Menteri Agama pun ikut angkat suara. MUI menyatakan penolakan, tetapi NU tidak mempermasalahkan.

Atas polemik yang terjadi, tenaga ahli Kantor Staf Presiden RI, Ali Mochtar Ngabalin akhirnya ikut berpendapat. Menurutnya, persoalan sepak bola tidak boleh dicampur dengan urusan agama dan politik.

Tak lama kemudian, Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Palestina, Zuhair Al Shun pada 24 Maret 2023. Pertemuan tersebut memang tidak ada pembicaraan terkait Piala Dunia U-20 2023, tetapi ini semiotika politik.

Kemudian, muncul rilis ke media massa bahwa Dubes Palestina untuk Indonesia tak mempermasalahkan kehadiran Israel U-20 di Indonesia. Palestina menyebutkan bahwa negaranya tidak mau masuk ke dalam pusaran polemik.

Drawing Dibatalkan, Ini Ancaman Sanksi untuk Indonesia

Buntut dari polemik Israel U-20 ini adalah pada Minggu (26/3/2023), yakni ketika PSSI merilis pembatalan drawing Piala Dunia U-20 2023 yang akan digelar di Bali, Jumat (31/3). Anggota komite eksekutif (Exco PSSI), Arya Sinulingga menyebutkan bahwa pembatalan dilakukan FIFA.

Menurut kabar yang beredar, FIFA menunda undian tersebut karena tidak senang atas dinamika yang terjadi di tuan rumah.

"Kemarin kami sudah mendapat informasi dari FIFA, dalam pemberitahuan memang menyebutkan bahwa drawing di Bali telah dibatalkan oleh FIFA. Jadi ini adalah informasi yang kami dapat dari FIFA," jelas Arya.

"Memang kami belum mendapat surat resmi dari FIFA, tetapi pesannya jelas karena adanya penolakan dari Gubernur Bali yang menolak Tim Israel sehingga dengan sendirinya drawing tidak bisa dilaksanakan tanpa seluruh peserta," lanjutnya.

Arya juga menegaskan, keputusan FIFA membatalkan drawing di Bali menjadi bukti dari ketidakmampuan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Sebab, FIFA menganggap ini sebagai pembatalan garansi penyelenggaraan alias Government Guarantee yang telah diteken oleh Indonesia.

Sebagai informasi, bila Government Guarantee telah ditandatangani, suatu negara telah memberikan garansi atas kesiapannya sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023

Ada sejumlah poin kekhawatiran jika Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia, yakni Indonesia akan dibekukan oleh FIFA, Indonesia dikecam oleh negara-negara lain karena tidak melaksanakan amanat FIFA, Indonesia tidak bisa mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kalender agenda FIFA, Indonesia tidak lagi berkesempatan untuk dipilih FIFA menjadi tuan rumah ajang olahraga, hingga dicoret sebagai kandidat tuan rumah Piala Dunia 2034.

Selain itu, Indonesia juga dikhawatirkan tidak lagi dipercaya untuk menggelar ajang olahraga lain karena dianggap diskriminatif.

FIFA Dituding Memiliki Standar Ganda

Presiden badan sepak bola dunia FIFA, Gianni Infantino (kanan) memberikan cinderamata kepada Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) usai memberikan keterangan pers hasil pertemuan mereka di Istana Merdeka di Jakarta, Indonesia, Selasa (18/10/2022). (Photo by ADEK BERRY/AFP via Getty Images)Foto: Presiden badan sepak bola dunia FIFA, Gianni Infantino (kanan) memberikan cinderamata kepada Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) usai memberikan keterangan pers hasil pertemuan mereka di Istana Merdeka di Jakarta, Indonesia, Selasa (18/10/2022). (Photo by ADEK BERRY/AFP via Getty Images)

Sebelumnya, FIFA juga sempat menuai kritik setelah mencoret Rusia dari kualifikasi Piala Dunia 2022 lalu. Diketahui, FIFA mencoret timnas dari negara yang dipimpin Putin itu akibat agresi yang dilancarkan ke Ukraina.

"FIFA dan UEFA hari ini membuat keputusan bersama bahwa semua tim asal Rusia, baik itu tim nasional maupun klub, akan dilarang berpartisipasi baik dalam kompetisi di bawah naungan FIFA maupun UEFA hingga pemberitahuan lebih lanjut,"

"Sepak bola bersatu dan memberikan solidaritas penuh pada orang-orang yang terdampak di Ukraina. Kedua Presiden FIFA dan UEFA berharap situasi di Ukraina membaik sehingga sepak bola bisa kembali jadi sarana persatuan dan perdamaian," tulis FIFA dalam pernyataan resmi mereka pada Februari 2022.

Alih-alih menuai pujian, aksi FIFA tersebut justru memanen kritik karena dianggap menerapkan standar ganda. Kritikan itu didasarkan pada ketidakadilan perlakuan FIFA pada aktivitas Israel. Selama ini, FIFA tidak melakukan tindakan apapun terkait agresi Israel ke Palestina.

Kritikan pada FIFA bahkan menyasar pada ketidakadilan yang berlaku pada aktivitas solidaritas yang ditunjukkan pemain-pemain di lapangan hijau. Saat pemain-pemain sepak bola menyuarakan dukungan pada Ukraina, organisasi sepak bola terkait dan juga FIFA tak mengambil langkah dan tindakan sanksi.

Sedangkan. ketika sejumlah pemain ataupun klub menyuarakan dukungan pada Palestina, seperti hanya lewat kaus bertuliskan Palestina, ada sejumlah sanksi yang diberikan.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jerman Kena Sanksi FIFA, tapi Bukan karena Protes 'One Love'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular