
Mengenal Yassine Bounou, 'Pahlawan Senyum' Tim Bola Maroko

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim nasional Maroko mencetak sejarah di Piala Dunia Qatar 2022. Untuk pertama kali, negara ini membawa Afrika dan Arab ke semifinal ajang pertandingan sepak bola terbesar dunia itu.
Salah satu yang menjadi bintangnya adalah sang penjaga gawang Yassine Bounou. Aljazeera menjulukinya "Pahlawan Senyum" di Piala Dunia bagi Maroko.
Bagaimana tidak, saat melawan Spanyol di 16 besar, pria 31 tahun itu terlihat mengeluarkan senyum menyeringai, sebelum berhasil menangkis tendangan penalti ketiga Spanyol.
Senyumnya muncul lagi di kala mengalahkan Portugal di delapan besar. Tim Cristiano Ronaldo jalan 0:1.
"Jika dia tidak tersenyum, ada masalah," ungkap mantan pelatih penjaga gawang Bounou untuk tim nasional Maroko, Christophe Revel, kepada Radio France International.
Bounou lahir di Montreal, Kanada. Namun, keluarganya kemudian pindah kembali ke Casablanca, Maroko ketika dia berusia tiga tahun.
Di sana, ia tumbuh dalam lingkungan kelas menengah yang nyaman. Ia pun diketahui bersekolah di salah satu sekolah menengah Prancis terbaik di Maroko.
Sikap santai Bounou tidak datang dengan sendiri. Sebaliknya, kepribadiannya yang tenang berasal dari situasi tekanan tinggi di awal karirnya.
Ia diketahui bergabung dengan Klub Atletik Wydad pada usia delapan tahun. Bounou dengan cepat menarik minat klub sepak bola paling sukses di Maroko itu.
Tapi tetap saja, perjalanan profesionalnya tidak mulus. Ini setidaknya terjasidi leg kedua final Liga Champions Afrika 2011 melawan raksasa Tunisia, Espérance Sportive de Tunis.
"Sulit untuk menjadi pertandingan pertama saya," katanya.
"Saat itu, saya merasa jika permainan berjalan buruk, karier saya bisa berjalan satu arah, dan jika saya melakukannya dengan baik, itu akan berjalan sebaliknya," uajrnya kepada saluran TV Maroko M24TV sebelum Piala Dunia.
Sebenarnya, dia melakukan serangkaian penyelamatan. Tetapi sayangnya dikalahkan oleh upaya kelas dunia dari bek sayap Ghana Harrison Afful.
Terlepas dari hasilnya, penampilannya pada malam itu menarik perhatian pencari bakat Atletico de Madrid. Ia kemudian ditawari kontrak untuk bermain di Los Colchoneros.
Klub Madrid itu awalnya mengusulkan gaji kurang dari yang dia dapatkan di Wydad. Bounou pun membutuhkan masa pinjaman berturut-turut ke klub divisi dua Real Zaragoza dan kemudian pindah ke Girona FC.
Jerih payahnya di divisi dua diselingi dengan promosi Girona ke La Liga. Ini yang akhirnya membuatnya pindah ke salah satu klub terbesar Spanyol, Sevilla FC.
"Dia telah berkembang menjadi kiper kelas dunia sejak saat itu," tulis Aljazeera menggambarkannya.
Selama musim Liga 2021-2022, Bounou membukukan persentase penyelamatan hampir 78%. Ini menjadi yang terbaik keenam di Eropa.
Sepanjang 2021, ia juga mencatatkan clean sheet lebih banyak daripada penjaga gawang mana pun di Eropa. Itu terjadi saat pertandingan untuk klub dan negara, 32 dalam 59 pertandingan.
"Dia kiper top," kata Revel.
"Dia menguasai satu lawan satu, dia dengan cepat masuk ke ground, dia memiliki kaki yang bagus dan dia juga bisa membaca permainan udara dengan baik," ujarnya.
"Yang terpenting, dia berdarah dingin... jika dia menjadi penjaga gawang Belgia atau Inggris, dia akan menjadi bintang, tetapi Maroko bukanlah negara yang paling banyak diikuti," katanya lagi.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cetak Sejarah! Maroko Singkirkan Spanyol di Piala Dunia
