Studi: Korban Perselingkuhan Lebih Bahagia dari Pasangannya

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
Rabu, 14/12/2022 12:45 WIB
Foto: Kelly Sikkema via Unsplash

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkap bahwa korban perselingkuhan cenderung memiliki kondisi well-being yang lebih baik dibanding pasangannya yang tukang selingkuh. 

Menurut kamus American Psychological Association (APA), well-being sendiri adalah keadaan individu yang digambarkan dengan adanya rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental, serta kualitas hidup yang baik.

Para peneliti dari Universitas Tilburg, Belanda mengamati hubungan sekitar 1.000 orang dewasa selama rata-rata 8 tahun.


Sebanyak 947 orang (609 pelaku perselingkuhan dan 338 korban) diikutsertakan, dan mayoritas dari mereka menyelesaikan studi hingga tamat. Setiap orang berada dalam hubungan yang berkomitmen dan pernah mengalami perselingkuhan. Sementara itu, kelompok lain yang tidak pernah mengalami perselingkuhan dicocokkan dengan mereka.

Well-being setiap orang dilacak menggunakan sistem pelaporan diri, termasuk keadaan psikologis secara keseluruhan serta kepuasan hubungan.

Secara umum, para peneliti menemukan adanya penurunan level well-being yang sangat jelas sebelum perselingkuhan terjadi. Yang menarik, penurunan level well-being yang drastis justru dialami oleh pelaku perselingkuhan. 

Studi yang telah dipublikasikan di jurnal Psychological Science itu menunjukkan bahwa setelah perselingkuhan terjadi, orang yang berselingkuh merasakan harga diri yang lebih rendah, kepuasan hubungan yang lebih rendah, dan keintiman yang lebih rendah.

Sementara itu, para korban yang diselingkuhi hanya melaporkan harga diri yang lebih rendah dan lebih banyak konflik, tetapi level well-being lainnya tidak berkurang.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inovasi Rendang Low Fat, Antara Warisan dan Teknologi