CNBC Indonesia Research

Fenomena Konser Post-Pandemi, Haus Hiburan atau Cuma FOMO?

Tim Riset, CNBC Indonesia
18 November 2022 11:25
Warga berkumpul dalam festival Latitude di Henham Park, di Southwold, Inggris. (AP/Jacob King)
Foto: Penonton memadati panggung Allo Bank Festival 2022 di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (20/5/2022). Allo Bank Festival pada hari pertama menampilkan berbagai musisi Indonesia dan Korean POP seperti NCT Dream, Raisa, Rizky Febian dan Kahitna. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Yuswohady, Managing Partner Inventure sekaligus pengamat pemasaran menilai ada perubahan perilaku konsumen di masa transisi pasca pandemi. Perubahan perilaku ini menyebabkan pent-up demand atau permintaan yang melonjak terhadap sesuatu produk atau layanan yang terjadi karena sebelumnya permintaan anjlok.

Kondisi tersebut turut diperparah dengan adanya efek FOMO atau Fear of Missing Out.

Para concert goers memiliki persepsi bahwa mengikuti event di masa transisi pasca pandemi merupakan kesempatan emas yang tak boleh dilewatkan atau disebut dengan "Limited Availability Effect".

Mereka tak ingin melewatkan kesempatan tersebut karena ada kemungkinan kegiatan sosial bakal kembali dibatasi. Ini mengingat tren kasus penyebaran Covid-19 di Indonesia yang kembali naik. Apalagi, dalam waktu dekat akan ada beberapa tanggal besar seperti Natal, Tahun Baru, hingga Tahun Baru Imlek yang berpotensi meningkatkan angka penyebaran Covid karena tingginya mobilitas masyarakat. Maka dari itu, potensi diberlakukannya PPKM di masa depan dapat terjadi kembali.

Melansir data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 15 November 2022, terdapat peningkatan kasus sebesar 97,3% selama dua minggu terakhir dengan kasus positif harian mencapai 7.893 kasus. 

"Bila melihat kecenderungannya, dalam satu minggu ini masih akan semakin naik. Bahkan menjelang liburan panjang, biasanya akan ada kenaikan yang terus menerus, walaupun pelan tapi naik terus," ujar Guru Besar Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. dr. Amin Soebandrio dalam gelar wicara daring BNPB, Rabu (16/11/2022).

Amin menyebutkan, peningkatan tersebut dipicu munculnya Covid-19 subvarian baru yang lebih cepat menular, yaitu Omicron XBB yang merupakan perpaduan antara subvarian BA.2.10.1 dan BA.2.75.

Dari sisi psikologi, manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi untuk bertahan hidup. Namun, ketika pandemi terjadi, kita terpaksa menekan insting tersebut.

Sehingga, ketika kegiatan mulai menggeliat, terjadi permintaan yang membludak.

Fenomena anomali tersebut juga didorong oleh beberapa faktor meliputi perkembangan kepribadian individual, emosional, kepribadian, sosial, dan kebutuhan.

"Sebaiknya dari sisi penyelenggara punya kesiapan yang baik karena konsumen masih berada dalam special case yakni peralihan dari masa pandemi yang tidak pernah terjadi sebelumnya," tutur Regina Navira Pratiwi Ilmuan Psikologi Sosial, Empathinc Psychology Center kepada CNBC Indonesia (18/11).

Maka dari itu, sinergitas yang kuat baik dari pemerintah, para penyelenggara acara, pelaku industri kreatif, serta peran masyarakat sangat diperlukan pada masa peralihan pasca pandemi guna menciptakan kegiatan musik yang kondusif. Sehingga konser/festival musik yang sudah menggeliat di tahun ini tetap akan berjalan, tanpa menyebabkan kerugian terutama dari sisi kesehatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular