Gerakan Pakai Kain Dorong Pertumbuhan UMKM Batik di RI

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
30 September 2022 19:14
Perajin memproduksi masker batik di Sentra Kerajinan Batik Tradisiku, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/10/2020). Pemerintah tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Penetapan tersebut berlandaskan keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menetapkan batik menjadi warisan budaya dunia dari Indonesia. Galeri Batik ini merupakan salah satu pusat di mana pengunjung dapat melihat dan memesan batik yang desainnya amat kental dengan nuansa Kota Bogor. Biasanya wisatawan yang hadir ke Bogor bisa melihat dan mengunjungi Galeri Batik ini. Karena adanya aturan PSBB  membuat turis asing tidak bisa datang. Ragam desainnya pun rupa-rupa mulai dari motif hujan gerimis, kujang, Kebun Raya, Istana Bogor, dan Batu Tulis. Untuk saat ini perajin sedang garap masker dengan motif batik standar SNI. Seperti diketahui Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengeluarkan spesifikasi masker kain ber-SNI yang terbagi menjadi tiga tipe berdasarkan penggunaannya, antara lain tipe A untuk penggunaan umum, tipe B untuk penggunaan filtrasi bakteri, dan tipe C untuk penggunaan filtrasi partikel. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki
Foto: Industri Galeri Batik Khas Bogor (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Ajakan memakai kain tradisional yang digerakkan sejumlah anak muda di kota-kota besar di Indonesia ternyata berdampak positif terhadap industri batik, terutama di level UMKM. Hal itu diungkapkan oleh pelaku industri batik saat berbicara di acara bertajuk 'Cerita Batik Nusantara' bersama Shopee di Museum Tekstil, Jakarta, Jumat (30/9/2022). 

Monique Hardjoko, pendiri Rasa Wastra Indonesia, salah satu komunitas pecinta kain nusantara, mengaku antusias melihat semakin menjamurnya UMKM yang berfokus pada industri batik. Terlebih, hal tersebut diiringi dengan tren berkain yang semakin populer.

Ia pun optimistis tren positif tersebut dapat ikut menjaga tradisi dan mewujudkan upaya melestarikan proses pembuatan batik.

"Dengan adanya UMKM batik, seperti Shiroshima salah satunya, ini adalah cara penting yang dilakukan untuk menjaga kelangsungan batik Indonesia. Saat membicarakan batik, prosesnya sudah pasti tulis, cap, mix, atau ikat celup. Artinya, UMKM adalah pebisnis sekaligus edukator karena selain berusaha menjadikan batik mendunia, juga bisa dipakai anak-anak muda," papar Monique saat gelar wicara, Jumat (30/9/2022).

Cerita Batik Nusantara (CNBC Indonesia/ Rindi Salsabilla)Foto: Cerita Batik Nusantara (CNBC Indonesia/ Rindi Salsabilla)

Dian Nutri Justisia Shirokadt, pemilik Shiroshima Indonesia, salah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), menyebut bahwa keputusannya memulai bisnis batik berawal dari keinginan menjadikan kain nusantara itu mendunia, "Saya dulu bekerja di luar negeri, di sana saya melihat ada banyak batik. Dari situ, saya ingin sekali agar batik Indonesia juga bisa mendunia dan digunakan dalam keseharian," ungkap Dian.

Sejak didirikan pada 2019, Dian berhasil mewujudkan keinginannya untuk membuat batik populer di mata dunia. Sebab, pada 2022 Shiroshima berhasil menjadi salah satu UMKM yang hadir dalam 'Java in Paris', sebuah pameran internasional hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Solo, Shopee, KBRI Paris Prancis, dan BHV Marais.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Batik di Tengah Pandemi, Masih Cuan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular