Ada Tren Borderless Nation, Bagaimana Nasib Bisnis Visa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Borderless visa agreement atau perjanjian bebas visa untuk perjalanan luar negeri semakin banyak diterapkan sejumlah negara. Tren ini, salah satunya, didorong oleh kebutuhan untuk mendongkrak sektor pariwisata yang terkena pukulan hebat akibat pandemi COVID-19.
Sejumlah negara yang baru saja menandatangani perjanjian bebas visa antara lain Qatar dengan Korea Selatan, Indonesia dengan Turki serta Ukraina, hingga negara-negara Uni Eropa dengan Qatar. Dengan demikian, para pelancong pun semakin bebas untuk melakukan perjalanan luar negeri.
Pertanyaannya, bagaimanakah nasib bisnis pelayanan visa di tengah tren borderless nation?
Jiten Vyas, Chief Commercial Officer di VFS Global, salah satu key player di market visa global, mengaku tak khawatir dengan tren tersebut. Justru, dia memandang konsep borderless nation sangat menarik karena memungkinkan arus perjalanan yang lebih terbuka. Meski demikian, dalam beberapa kasus, dokumen perjalanan khusus tetap dibutuhkan untuk memastikan aspek keamanan. Dokumen perjalanan itu misalnya dalam bentuk electronic visa (e-visa), visa on arrival, atau pendaftaran biometrik di pintu perbatasan.
Lebih lanjut, Jiten menjelaskan, ada juga konsep kartu bebas travel seperti APEC Travel Card yang memungkinkan penduduk negara untuk bebas traveling di negara anggota APEC. Merujuk contoh-contoh tersebut, Jiten optimistis bahwa layanan perusahaannya akan terus dibutuhkan di masa depan.
"Terdapat sejumlah pertimbangan terkait keamanan yang tetap harus diperhatikan meskipun perjalanan ke luar negeri tanpa visa sudah diterapkan. Maka dari itu, sejumlah negara masih menjadikan e-visa sebagai salah satu syarat utama perjalanan. Maka dari itu, melihat hal tersebut, kami optimis pelayanan kami dapat terus berjalan," kata Jiten, saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
Marketwatch memprediksi bahwa market untuk bisnis e-passport dan e-visa global akan tumbuh di kisaran 6,4% antara 2021 hingga 2027. Salah satu faktor utama pendorong pertumbuhan ini adalah recovery sektor pariwisata global seiring dengan makin banyaknya negara yang menghapuskan syarat perjalanan terkait COVID.
(hsy/hsy)