Bisa Sebabkan Keracunan, Pembelian Parasetamol Mau Dibatasi?

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
16 September 2022 17:55
Krisis obat-obatan di Kolombo, Sri Lanka (AFP via Getty Images)
Foto: Krisis obat-obatan di Kolombo, Sri Lanka (AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Obat parasetamol biasa diminum masyarakat sebagai penghilang rasa sakit dan menurunkan demam. Parasetamol biasanya dijual dalam berbagai bentuk, seperti tablet, kaplet, larut, dan cair.

Obat ini sangat mudah ditemui dan dibeli, namun ternyata ada efek berbahaya di balik konsumsi parasetamol. 

Mengutip laporan The Guardian, badan regulasi obat Australia, Therapeutic Goods Administration (TGA), merekomendasikan untuk mengecilkan ukuran parasetamol dan membatasi penjualan obat bebas ini untuk orang berusia 18 tahun ke atas.

Rekomendasi tersebut tertera dalam laporan ahli independen yang diterbitkan oleh TGA. Alasannya karena TGA menemukan tingkat overdosis akibat obat parasetamol yang disengaja di kalangan remaja dan orang dewasa muda, dan lebih sering terjadi pada wanita dan anak perempuan.

Setelah overdosis parasetamol, seseorang sebetulnya masih punya tingkat kelangsungan hidup yang cukup tinggi. Namun, dengan catatan langsung mendapat perawatan medis dalam waktu enam jam. Jika tidak, ada risiko serius cedera hati dan bahkan kematian.

Laporan tersebut merekomendasikan agar parasetamol yang dimodifikasi hanya boleh dibeli dengan resep dokter. 

Parasetamol yang dimodifikasi telah sepenuhnya dilarang untuk penjualan umum di Eropa karena risiko cedera hati dan kematian.

"Di Australia, paket parasetamol dalam jumlah tak terbatas dapat dibeli tanpa resep di apotek atau supermarket, dengan masing-masing 96 atau 100 paket tablet dan 20 paket tablet. Ini adalah obat yang paling umum dibeli saat ini," kata laporan itu.

Overdosis konsumsi parasetamol di Australia berkontribusi sekitar 40 hingga 50 angka kematian setiap tahunnya. Setengahnya terjadi karena kegagalan organ hati dan sisanya kemungkinan adalah karena parasetamol tertelan tetapi ada zat lain yang juga ikut tertelan, sehingga memicu kematian.

Meskipun angka rawat inap dan kematian tidak meningkat dalam beberapa tahun terakhir, laporan itu mengatakan adanya peningkatan penyalahgunaan parasetamol yang mengkhawatirkan di masyarakat.

"Keracunan diri yang disengaja menyumbang sebagian besar rawat inap karena keracunan [di rumah sakit] pada mereka yang berusia di atas 10 tahun," katanya.

Orang-orang muda yang meracuni diri sendiri dengan parasetamol seringkali tidak memiliki riwayat melukai diri sendiri, namun ketersediaan parasetamol di rumah serta kemudahan membelinya berkontribusi pada penyalahgunaan untuk melukai diri sendiri oleh kaum muda, menurut laporan tersebut.

Mereka juga merekomendasikan untuk membatasi pembelian parasetamol tanpa resep untuk orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.

Dr Rose Cairns, seorang peneliti senior di Fakultas Farmasi Universitas Sydney, mengatakan peningkatan jumlah kasus keracunan dan melukai diri sendiri di kalangan anak muda, terutama wanita muda, cukup banyak di negara itu.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Perlu Parasetamol, 5 Ramuan Ini Bisa Redakan Batuk Pilek

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular