
Ahli Sebut Patah Hati Benar Bisa Membunuh, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Patah hati dan kesedihan adalah bagian dari perjalanan hidup manusia. Kebanyakan orang akan merasakan patah hati ketika hubungan yang telah lama terjalin berakhir begitu saja atau kehilangan seseorang yang dicintai karena meninggal dunia.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa sakit yang disebabkan oleh patah hati bisa mengganggu fungsi tubuh, layaknya sakit fisik. Bahkan, dalam sejumlah kasus, patah hati bisa merenggut nyawa seseorang.
Buka sesumbar, faktanya kematian karena patah hati itu sangat mungkin terjadi. Bahkan dokter mengatakan kasusnya sedang meningkat.
Mengutip Web MD, ada istilah sindrom patah hati dalam dunia medis. Sindrom ini dikenal sebagai kardiomiopati takotsubo atau kardiomiopati akibat stres, dapat terjadi ketika seseorang mengalami stres ekstrem, termasuk setelah kehilangan seseorang yang dicintai.
Sindrom patah hati dapat terjadi ketika seseorang mengalami stres ekstrem, termasuk setelah kehilangan seseorang yang dicintai. |
Sebagian besar kasus sindrom patah hati terjadi pada wanita, yaitu sekitar 88%, dan biasanya terjadi selama tahun-tahun pascamenopause.
Gejalanya mirip dengan serangan jantung klasik: muncul tiba-tiba, nyeri dada yang parah, dan sesak napas. Namun, tidak seperti serangan jantung, sindrom patah hati biasanya tidak melibatkan penyumbatan arteri koroner atau kerusakan jantung permanen.
Sebaliknya, jumlah stres yang ekstrem membuat jantung syok, yang kemudian menekan otot jantung agar tidak meremas dengan benar, kata Tracy Stevens, dokter ahli jantung di Saint Luke's Mid America Heart Institute di Kansas City.
"Kami melihat lebih banyak [sindrom patah hati] selama beberapa tahun terakhir, mungkin karena pandemi. Kami juga melihat stres di tingkat yang belum pernah kami lihat sebelumnya di negara ini," kata Stevens.
Penelitian lain menunjukkan bahwa 30 hari pertama setelah orang yang dicintai meninggal, risiko kematian orang yang patah hati juga meningkat secara signifikan.
"Hal-hal seperti itu (patah hati) meningkatkan detak jantung dan tekanan darah Anda, membuat jantung bekerja lebih cepat, darah lebih kental, dan merusak sistem kekebalan tubuh Anda," kata pakar jantung asal Australia, Nikki Stamp.
Para ahli sependapat, stres secara psikologi dapat menyebabkan perubahan dalam tubuh. Hal itu dikarenakan hormon stres dapat mengganggu proses yang berlangsung dalam tubuh dan bisa menyebabkan serangan jantung.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Makin Banyak Orang Meninggal karena Patah Hati, Ini Faktanya