
Korea Alami Masalah Mati Kesepian, Begini Kondisinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Selatan tengah dilanda fenomena mati kesepian. Penduduk di Negeri K-pop menyebut fenomena ini sebagai 'godoksa', yakni kematian dalam kondisi kesepian tanpa ada kerabat atau keluarga.
Biasanya dialami orang tua, korban mati kesepian seringkali baru ditemukan jasadnya setelah berhari-hari dan dalam kondisi mengenaskan.
Mengutip laporan Korea Herald, saat ini ada hampir sepertiga rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang di Korea Selatan. Mereka inilah yang paling rentan mengalami mati kesepian.
Menurut Badan Statistik Korea, jumlah rumah tangga satu orang melonjak dari 5,39 juta pada 2016 menjadi 6,64 juta pada 2021. Penyebabnya antara lain pensiun dini, perceraian, kesehatan yang memburuk dan pengangguran kaum muda yang lebih tinggi.
Selain semakin banyak orang yang hidup sendiri, social distancing selama masa pandemi COVID-19 disebut ikut menambah perasaan terisolasi bagi warga Korea.
"Orang dapat mengalami frustrasi psikologis dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat karena mereka terkena perubahan sosial ekonomi," kata Lee Ho-sun, pemimpin Pusat Konseling Lansia Korea.
Kesepian yang mematikan
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa kesepian dapat merusak kesehatan fisik seseorang.
American Heart Association merilis pernyataan ilmiah bahwa isolasi sosial dan kesepian dapat meningkatkan risiko sekarat akibat serangan jantung atau stroke.
"Ada bukti kuat yang menghubungkan isolasi sosial dan kesepian dengan peningkatan risiko kesehatan jantung dan otak yang lebih buruk secara umum," kata Crystal Cene, ketua tim peneliti.
Laporan tersebut menemukan 29 persen peningkatan risiko serangan jantung atau kematian akibat penyakit jantung, dan 32 persen peningkatan risiko stroke di orang yang kesepian.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Seindah Drakor, Korsel Dilanda Fenomena Mati Kesepian