Ayah Bunda Jangan Abai! Ini 3 Tanda Anak Alami Anxiety
Jakarta, CNBC Indonesia - Masalah anxiety atau gangguan kecemasan tidak hanya bisa dialami orang dewasa. Anak juga bisa merasakannya.
Sebagai orang tua, mungkin sulit untuk menentukan apakah anak Anda mengalami anxiety atau hanya gugup karena pengalaman baru.
Misalnya, malam sebelum hari pertama sekolah adalah waktu yang normal bagi anak Anda untuk merasa gugup.
"Kegugupan hari pertama sekolah adalah hal yang biasa, namun jika kecemasan mulai memanifestasikan dirinya setelah satu atau dua minggu pertama, dan mulai memengaruhi fungsi - kemampuan untuk pergi ke sekolah, akademik, fokus, sosialisasi - akan sangat membantu untuk mendapat dukungan profesional lebih lanjut," kata Irina Gorelik, seorang psikolog anak di Williamsburg Therapy Group, dikutip dari CNBC Make It.
Berikut adalah 3 pertanda anak mengalami anxiety:
1. Anak terus-terusan meminta kepastian atau penghiburan
Jika anak Anda berulang kali meminta diyakinkan bahwa mereka akan baik-baik saja, ini mungkin merupakan tanda bahwa mereka mengalami gangguan kecemasan.
Pertanyaan umum yang mungkin mereka tanyakan misalnya:
- Apakah aku akan sakit?
- Apakah aku akan baik-baik saja?
- Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi?
Perilaku berulang atau ritualistik pada hal-hal yang mungkin tampak sepele juga bisa menjadi tanda kecemasan.
2. Anak menderita sakit yang tidak bisa dijelaskan
Karena anak tidak memiliki kosakata untuk mengatakan bahwa mereka merasa cemas, mereka mungkin mengungkapkan bahwa perut mereka sakit atau merasa tidak enak badan.
"Seringkali, jika seorang anak cemas, mereka mungkin menunjukkan gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan, dan gejala seperti ini sering terjadi setelah peristiwa, transisi, atau perubahan kehidupan tertentu," kata Gorelik.
Beberapa gejalanya termasuk:
- Keresahan
- Mudah marah
- Kesulitan fokus
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Mual
Sulit tidur atau menjadi lebih pemilih saat makan mungkin juga merupakan tanda masalah kecemasan yang lebih besar, tambah Gorelik.
3. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku ini sering terjadi ketika ada transisi besar dalam hidup anak. Transisi yang dapat memicu kecemasan anak antara lain:
- Pindah rumah atau pindah sekolah
- Awal atau akhir sekolah atau perkemahan
- Pergeseran dalam dinamika keluarga seperti perceraian, kehilangan orang yang dicintai, atau saudara baru
(hsy/hsy)