Ada Fenomena Miris Ini, Korea Mau Tunjuk "Menteri Kesepian"?

Jakarta, CNBC Indonesia - Statistik menunjukkan bahwa semakin banyak warga Korea Selatan yang merasa kesepian.
Mengutip laporan Korea Herald, jumlah rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang melonjak dari 5,39 juta pada 2016 menjadi 6,64 juta pada 2021. Selain semakin banyak orang yang hidup sendiri, social distancing selama era pandemi COVID-19 tampaknya juga ikut menambah perasaan terisolasi bagi warga Korea.
Sebuah survei bersama yang dilakukan oleh Gallup Korea dan surat kabar lokal Seoul Shinmun pada 1.008 orang dewasa di seluruh Korsel pada Desember lalu menunjukkan bahwa 45,9 persen responden mengatakan mereka merasa "lebih sendirian" dibandingkan dengan era pra-pandemi.
Laporan lain yang dilakukan Statistics Research Institute pada 2021 menunjukkan bahwa perasaan kesepian di antara pria meningkat dari 19,6 persen pada 2019 menjadi 21,2 persen setahun kemudian. Sementara pada wanita naik dari 21,5 persen menjadi 23,4 persen.
![]() |
Kesepian yang membunuh
Yang menjadi persoalan, perasaan kesepian benar-benar bisa membunuh seseorang. American Heart Association merilis pernyataan ilmiah bahwa isolasi sosial dan kesepian dapat meningkatkan risiko sekarat akibat serangan jantung atau stroke.
"Ada bukti kuat yang menghubungkan isolasi sosial dan kesepian dengan peningkatan risiko kesehatan jantung dan otak yang lebih buruk secara umum," kata Crystal Cene, ketua tim peneliti.
Contoh nyatanya sudah ada. Seorang pria berusia 50 tahun-an ditemukan mati sendiri di rumahnya di Seoul pada akhir Juli lalu. Kulkasnya kosong, tempat cuci piringnya penuh dengan bungkus mie instan, dan ada tumpukan pemberitahuan tagihan yang belum dibayar di rumahnya.
Kepergian pria malang tersebut menambah jumlah mati kesepian di Korea Selatan.
Karena alasan ini, muncul wacana bahwa Korea Selatan membutuhkan "menteri urusan kesepian." Ini sebenarnya bukan hal baru, mengingat Jepang dan Inggris sudah lebih dulu punya menteri yang khusus mengurusi masalah kesepian.
Meski demikian, tampaknya sebagian besar rakyat Korea merasa bahwa penunjukan menteri urusan kesepian belum dibutuhkan.
Hankook Research pernah melakukan jajak pendapat tentang apakah Korea Selatan harus memiliki menteri kesepian. Hasilnya, 46 persen tidak setuju sementara 40 persen setuju.
Terlepas dari hasil jajak pendapat itu, ada indikasi bahwa pemerintah Korea mau lebih terlibat dalam mengatasi masalah kesepian.
Pada 23 Agustus, Perwakilan Kim Gi-hyeon dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa, dan Noh Woong-rae dari oposisi utama Partai Demokrat Korea, menjadi tuan rumah forum perdana untuk menyelesaikan masalah kesepian di Majelis Nasional.
Shin In-chol, asisten profesor sosiologi perkotaan di Universitas Seoul, saat berbicara di forum tersebut, memandang bahwa secara umum masyarakat Korea masih menganggap remeh beratnya masalah kesepian.
"Semua orang merasakan kesepian. Emosi yang mereka rasakan melalui konfrontasi dengan atasan atau rekan kerja bisa menjadi bentuk kesepian sosial. Namun mereka yang mengeluh tentang masalah seperti itu cenderung dianggap memiliki masalah dengan keterampilan sosial atau kepribadian mereka," kata dia.
Wakil Menteri Kebudayaan Jeon Byeong-geuk menekankan perlunya peran pemerintah dalam menjalankan berbagai program budaya dan seni di tingkat masyarakat untuk mengatasi isolasi sosial.
[Gambas:Video CNBC]
Bukan Cuma di RI, Oppa Korea Juga Rebutan Minyak Goreng
(hsy/hsy)