Mengenal Harajuku di Jepang yang Jadi 'Kiblat' Fesyen Jalanan

Halimatus Sadiyah, CNBC Indonesia
Selasa, 26/07/2022 18:25 WIB
Foto: Harajuku style (Getty Images/Christopher Furlong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kawasan Dukuh Atas di Jakarta, yang kini identik dengan Citayam Fashion Week, bukan satu-satunya wilayah yang populer karena fesyen jalanannya. Di Asia, atau bahkan dunia, kawasan Harajuku di Tokyo, Jepang, bisa dibilang adalah kiblat untuk street style

Harajuku sendiri merujuk pada sebuah kawasan yang terletak di antara distrik Shinjuku dan Shibuya di metropolitan Tokyo. Harajuku paling dikenal dengan budaya fesyen jalanannya yang eksentrik, oleh karena itu ada istilah Harajuku fashion

Konon, gaya Harajuku sudah ada sejak awal 1980-an, namun mulai dikenal di Barat sekitar tahun 2000-an. Menariknya, Harajuku bukan sekadar ajang pamer busana nyentrik, tapi juga sebuah gerakan melawan aturan sosial yang ketat dan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma. 


Mengutip Travel Channel, ada sejumlah 'aliran fesyen' yang bisa Anda jumpai di Harajuku, di antaranya Cosplay (costume play), yakni menggunakan kostum karakter tertentu, gaya lolita yang sensual dan terinspirasi fesyen era Victoria di Barat, gaya gyaru yang kekanak-kanakan, hingga gaya punk.

Saat ini, kawasan Harajuku tidak hanya menjadi pusat fashion anak muda Jepang, tapi juga salah satu pusat mode dunia. Omotesando, salah satu jalan utama di Harajuku, telah disandingkan dengan Champs-Elysees Paris, pusat fesyen mewah di Paris. 

Foto: Harajuku style (Getty Images/Christopher Furlong)
Harajuku style (Getty Images/Christopher Furlong)

Sejumlah penyanyi tenar dunia menjadikan Harajuku kiblat gayanya. Contohnya, Gwen Stefani saat mempromosikan album solo perdananya Love. Angel (2003). Ia bahkan menyertakan sebuah lagu berjudul 'Harajuku Girls' di album tersebut.

Sementara itu, Baim Wong, yang sempat memicu polemik karena hendak mendaftarkan Citayam Fashion Week ke Dirjen HAKI, juga sempat merujuk pada Harajuku. Ia menyebut bahwa layaknya Citayam Fashion Week, Harajuku adalah domain publik di mana fesyen jalanan tumbuh, berkembang, dan digandrungi. 

Karena Harajuku juga, kawasan Dukuh Atas kini plesetan nama "Haradukuh". Mirip memang, baik Harajuku maupun Dukuh Atas merupakan kawasan dekat stasiun yang menawarkan kemudahan akses bagi pengguna transportasi umum. Karena kemudahan akses ini, orang dari berbagai tempat bisa datang, berkumpul, sampai akhirnya muncul sebuah fenomena fesyen jalanan. 

Scott Schuman, seorang fotografer fesyen yang mendirikan blog The Sartorialist pada 2005, sudah memotret orang-orang di jalanan New York jauh sebelum ada ritual musiman di pekan mode.

"Dulu, sebelum influencer mengambil alih, saya sering memotret banyak stylist. Mereka benar-benar menyukai mode dan hebat dalam memadupadankan pakaian yang unik. Sayangnya, orang-orang sekarang berpakaian dengan tampilan desainer tanpa menambahkan sentuhan pribadi," ujarnya, dikutip dari majalah fesyen Grazia. 

Sementara itu, Bill Cunningham, seorang fotografer street style legendaris, pernah menulis sebuah esai di New York Times pada 2002 tentang eksistensi gaya anak jalanan yang mengintimidasi kaum gedongan.

"Perkembangan fashion sangat menarik dan penting saat ini. Saya sangat tahu apa yang kaum kalangan atas maksud ketika mereka bilang takut dengan apa yang mereka lihat di jalanan. Namun, begitulah fashion bekerja. Fashion merupakan cerminan era," tulisnya.


(hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inovasi Rendang Low Fat, Antara Warisan dan Teknologi