Apakah Ganja Medis Bisa Bikin 'Tinggi' dan Kecanduan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Di beberapa negara, ganja atau marijuana sering diresepkan sebagai obat anti-depresan. Namun, ganja ditetapkan salah satu jenis narkotika atau obat-obatan yang dilarang di Indonesia karena dapat menyebabkan efek buruk seperti kecanduan dan perilaku negatif lainnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pandangan terhadap ganja mengalami pergeseran secara global. Stigma ganja sebagai narkotik pun lambat-laun mulai terkikis. Telah banyak riset yang menguak manfaat kandungan ganja untuk mengobati sejumlah penyakit tertentu, termasuk penyakit kelas berat. Beberapa jajak pendapat publik juga melaporkan perubahan persepsi publik tentang ganja yang semakin positif.
Umumnya ada tiga kategori pelegalan ganja, untuk rekreasi karena memberikan sensasi "tinggi", untuk kebutuhan medis, dan untuk budidaya.
Di luar psikoaktif yang memberikan efek melayang, ganja mengandung zat-zat lain yang berguna. Sebanyak 483 konstituen kimia yang berbeda tercatat ada pada Cannabis Sativa; 66 di antaranya disebut sebagai cannabinoid, senyawa yang menjadikan ganja bisa digunakan sebagai obat.
Untuk ganja medis, ada banyak zat lain yang mendatangkan manfaat medis. Misalnya THC (Delta-9 tetrahydrocannabinol) yang memiliki efek analgesik atau penghilang rasa sakit, sifat anti-spasmodik atau menghilangkan kejang-kejang, anti-tremor, anti-inflamasi dan lainnya.
Zat lain bernama (E)-BCP (Beta-caryophyllene) dapat digunakan sebagai pengobatan nyeri, arthritis (peradangan sendi), sirosis (peradangan dan fungsi buruk pada hati), mual, dan lainnya.
Cannabidiol (CBD) mengandung sifat anti-inflamasi, anti-biotik, anti-depresan, anti-psikotik, anti-oksidan, serta berefek menenangkan.
National Institute on Drug Abuse di AS meminta lebih dari 8.000 orang berusia 15-64 tahun untuk menyampaikan kesan setelah mencicipi ganja. Hasilnya, hanya sekitar sembilan persen saja yang akhirnya cocok dan menjadi pecandu. Persentase ini terbilang kecil jika dibandingkan dengan kecanduan alkohol (15%), kokain (17%), heroin (23%), dan nikotin (32%).
Meskipun berasal dari tanaman dan dianggap alami, ganja tetap memiliki efek yang negatif, seperti pusing, meningkatkan detak jantung dan kecemasan. Selain itu, ganja secara khusus juga bisa memengaruhi memori episodik, yakni kemampuan otak untuk merencanakan sesuatu di masa depan.
[Gambas:Video CNBC]
Heboh Menteri Kesehatan Bagi-bagi Ganja Gratis, Buat Apa?
(hsy/hsy)