Doyan Makan Bangkai Kera Disebut Jadi Penyebab Cacar Monyet
Jakarta, CNBC Indonesia - Sembilan orang dikonfirmasi telah meninggal dunia akibat cacar monyet di Kongo sepanjang 2022. Kepala divisi kesehatan Sankuru di Kongo, Dr Aime Alongo, mengatakan bahwa 465 kasus cacar monyet telah dikonfirmasi di negara itu, menjadikannya salah satu yang paling parah terkena di Afrika Barat dan Tengah, di mana penyakit itu endemik.
Menurutnya, bertahannya penyakit cacar monyet di Kongo adalah karena masyarakatnya doyan mengonsumsi kera dan tikus mati.
"Warga masuk ke hutan, mengambil bangkai kera, kelelawar, dan tikus yang menjadi reservoir cacar monyet," kata pejabat tersebut, dikutip dari Washington Post, Selasa (31/5/2022).
Hingga saat ini, setidaknya 20 negara juga masih terus bergulat dengan wabah yang mendadak menular dengan cepat setelah bertahun-tahun tidak terlihat tersebut.
Sementara itu, Nigeria mencatatkan kasus kematian pertama akibat cacar monyet di 2022. Nigeria Centre for Disease Control (NCDC) mengungkapkan kasus kematian tersebut dialami oleh seorang pasien berusia 40 tahun.
Pasien tersebut memiliki komorbid dan menggunakan obat imunosupresif atau penekan imun. NCDC mengumumkan bahwa pada tahun 2022 telah mengkonfirmasi 21 dari 66 kasus dugaan penyakit cacar monyet, yang biasanya endemik di Afrika Barat dan Tengah.
Kasus cacar monyet pertama kali mewabah di Nigeria pada 2017. Setidaknya 247 kasus telah dikonfirmasi di 22 dari 36 negara bagian sejak itu dengan tingkat kematian 3,6%.
Lonjakan kasus cacar monyet yang dilaporkan di Eropa dan AS telah menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara itu, banyak di antaranya belum mencatat satu kasus penyakit pun selama bertahun-tahun. Lebih dari 250 kasus penyakit telah dilaporkan di lebih dari 20 negara yang biasanya tidak diketahui memiliki wabah, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Cacar monyet sebelumnya tidak memicu wabah yang meluas di luar Afrika, tempat endemiknya.
Salah satu kasus baru di Inggris tercatat dialami seorang pria beberapa hari setelah kedatangannya dari Nigeria pada 4 Mei.
(hsy/hsy)