Awas! Terlalu Bahagia Bisa Picu Gagal Jantung, Ini Sebabnya

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
08 May 2022 15:20
iNFOGRAFIS, 3 Penyakit Penyebab Kematian Dini Terbanyak Dunia
Foto: Infografis/ 3 Penyakit Penyebab Kematian Dini Terbanyak Dunia/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Konon bahagia juga bisa menjadi salah satu obat yang paling mujarab untuk mereka yang sedang sakit. Sayangnya, sebuah studi baru justru menunjukkan "sindrom patah hati" juga dapat terjadi saat seseorang merasa sangat bahagia.

Para peneliti menyebutnya sebagai "sindrom hati bahagia." Sindrom patah hati, yang secara resmi dikenal sebagai sindrom takotsubo, adalah bentuk gagal jantung yang tiba-tiba.

Kondisi terssebut diperkirakan dipicu oleh peristiwa kehidupan yang negatif, seperti mengalami ketakutan, kesedihan, atau konflik. Temuan baru menunjukkan bahwa sekelompok kecil pasien memiliki sindrom takotsubo yang dipicu oleh peristiwa hidup yang bahagia, lapor Thomas Stiermaier, MD, dari Rumah Sakit Universitas Schleswig-Holstein di Lübeck, Jerman, dan rekannya.

Khususnya, pasien yang mengalami hal ini lebih sering laki-laki. Tidak ada perbedaan dalam hasil keseluruhan antara orang-orang dengan sindrom hati bahagia dan patah hati. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan secara online pada 4 Mei di JACC: Heart Failure.

Laporan sebelumnya telah menunjukkan bahwa sindrom takotsubo dapat disebabkan oleh faktor emosional dan fisik, seperti aktivitas fisik yang berat atau prosedur medis, serta kombinasi antara keduanya. Penelitian menunjukkan pemicu fisik paling sering dikaitkan dengan hasil yang buruk.

Tetapi informasi yang lebih baru, bersama dengan temuan baru ini, menunjukkan peristiwa yang menyenangkan seperti pernikahan, pembaptisan, kelahiran cucu, atau pesta ulang tahun juga bisa menjadi pemicu gagal jantung.

Emosi ekstrem, baik negatif maupun positif, dalam kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan sindrom takotsubo, meskipun sebagian besar pasien yang mengalami kesedihan atau kegembiraan dalam kehidupan sehari-hari tidak mengalami kondisi tersebut, kata Jason H. Rogers, MD, seorang profesor kardiovaskular dan Dosen kedokteran di University of California, Davis Medical Center di Sacramento.

Dia juga mengatakan orang mungkin menyarankan pasien untuk menghindari emosi yang ekstrem, tetapi memiliki emosi adalah bagian dari sifat manusia dan bukan sesuatu yang mudah dikendalikan.

"Kami memberi tahu semua pasien hal yang sama: Jika Anda merasakan nyeri dada atau tekanan atau merasa ada yang tidak beres dengan jantung Anda, jangan tunda mencari pertolongan medis."

Dalam studi baru, para ahli meneliti 2.482 pasien menggunakan GErman-Italian-Spanish Takotsubo (GEIST) Registry, salah satu yang terbesar di dunia dari kasus ini, untuk mempelajari sindrom patah hati dan bahagia.

Dari 910 pasien yang mengalami pemicu emosi, terdapat 37 pada kelompok yang bahagia dan 873 pada kelompok patah hati. Usia rata-rata adalah serupa antara kelompok - sekitar 70 tahun.

Pasien dengan sindrom hati bahagia lebih sering mengalami pembengkakan jantung yang tidak normal dan lebih sering berjenis kelamin laki-laki (18,9% dibanding 5,0%) dibandingkan mereka yang memiliki peristiwa pemicu negatif. Pasien patah hati dan bahagia memiliki tingkat kematian dan komplikasi jangka panjang yang serupa di rumah sakit.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini 4 Penyebab Utama Penyakit Jantung di Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular