Riset Terbaru Sebut Berjalan Cepat Pengaruhi Efek Penuaan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
31 May 2022 20:52
Warga berolahraga diarea Glora Bung Karno, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Warga berolahraga diarea Glora Bung Karno, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi baru menunjukkan kegiatan jalan kaki secara konsisten dapat memperpanjang usia seseorang.

Para ilmuwan di Pusat Penelitian Diabetes di Universitas Leicester, Inggris, menemukan orang yang sering berjalan kaki cepat (brisk walk), terlepas dari aktivitas fisik mereka secara keseluruhan, memiliki telomer yang tahan lama. Melansir DW, telomer adalah "tutup" di ujung kromosom tubuh yang memainkan peran kunci dalam proses penuaan. Mereka melindungi kromosom kita selama pembelahan sel, seperti plastik di ujung tali sepatu melindunginya dari penguraian.

Sel-sel tubuh membelah sepanjang waktu. Semakin banyak mereka membelah, semakin pendek telomer. Setelah telomer hilang, proses pembelahan sel terhenti dan mereka mati. Setelah sel-sel ini mati, jaringan tersebut akan mulai menua. Inilah salah satu proses penuaan tubuh.

Dalam studi yang diterbitkan belum lama ini di Communications Biology, para peneliti menanyai lebih dari 405.000 peserta UK Biobank tentang kebiasaan berjalan mereka dan memahami apakah ada hubungan antara kecepatan berjalan seseorang dengan panjang telomer.

Pada kesimpulannya, diketahui semakin cepat langkah seseorang, semakin panjang telomere mereka.

Thomas Yates, peneliti aktivitas fisik Universitas Leicester dan penulis pertama studi tersebut, mengatakan tim memilih untuk fokus pada kecepatan berjalan dan panjang telomer daripada kecepatan jogging atau diet.

Dalam penelitian sebelumnya, tim menemukan bahwa dengan pengecualian merokok, pejalan kaki cepat dengan gaya hidup tidak sehat memiliki risiko kematian yang lebih rendah daripada pejalan kaki lambat dengan gaya hidup sehat.

"Anda dapat bertanya kepada orang-orang apa yang mereka makan, Anda dapat bertanya kepada orang-orang seberapa aktif mereka, berapa banyak mereka tidur, semua faktor gaya hidup dan perilaku lainnya, dan tidak ada yang mendekati sama pentingnya dengan kecepatan berjalan," kata Yates.

Yates mengatakan ini karena kecepatan berjalan adalah sinyal kebugaran kardiorespirasi seseorang, yang terkait erat dengan kemungkinan seseorang mengembangkan penyakit kardiovaskular dengan kematian tinggi, yang misalnya menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Yates juga mengatakan bahkan jalan cepat lima menit per hari dapat membuat perbedaan. Hasil studi menunjukkan bahwa intensitas aktivitas kemungkinan memainkan peran yang lebih penting daripada volume pada tubuh seseorang.

Selain mengukur kecepatan peserta yang dilengkapi akselerometer, para ilmuwan juga mengukur seberapa banyak mereka berjalan secara keseluruhan. Mereka menemukan bahwa orang yang melakukan aktivitas sehari-hari dengan intensitas tinggi memiliki telomere yang lebih panjang, tetapi hanya ada sedikit bukti untuk hubungan dengan aktivitas fisik secara keseluruhan.

Berkat studi ini, orang direkomendasikan untuk berjalan selama satu jam dengan langkah cepat (brisk walk) daripada berjalan lambat selama satu setengah jam.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Kasur Bebas dari Kuman? Begini Tipsnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular