
Elon Musk Jadi King of Twitter, Musibah Apa Berkah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Platform media sosial Twitter kini resmi dimiliki oleh Elon Musk, pendiri perusahaan teknologi Tesla dan SpaceX sekaligus orang paling kaya di planet bumi. Privatisasi Twitter oleh Musk tersebut menimbulkan kekhawatiran di sejumlah kalangan.
Bagi Kyla Garrett Wagner, asisten profesor hukum komunikasi di Universitas Syracuse di negara bagian New York, AS, pengambilalihan Twitter ini bukanlah kemenangan untuk hak kebebasan berbicara.
Dia menjelaskan, amandemen pertama Konstitusi AS hanya melarang pemerintah untuk membungkam apa yang dikatakan warga negara, namun membiarkan pengusaha memutuskan apa yang bisa dan tidak bisa diposting di entitas swasta seperti Twitter.
"Jika Elon Musk memutuskan besok bahwa dia ingin menutup Twitter selama seminggu, dia bisa melakukannya," ujarnya, dikutip dari SCMP, Kamis (27/4/2022).
Musk sendiri menyebut dirinya sebagai pendukung kebebasan berpendapat yang mutlak. Dia bahkan berjanji bakal mengizinkan semua orang mengatakan apa pun yang mereka inginkan di Twitter.
Pendekatan lepas tangan yang dijanjikan Musk terhadap Twitter ini akan jadi masalah serius ketika menyangkut kasus seperti yang melibatkan mantan presiden AS Donald Trump. Dia 'ditendang' dari Twitter setelah serangan terhadap US Capitol oleh para pendukungnya. Akun Trump dihapus secara permanen karena dia kerap kali menyebarkan informasi palsu yang bisa memicu konflik di masyarakat.
Namun, setelah Twitter dimiliki Musk, besar kemungkinan Trump diizinkan kembali nge-tweet.
Sebelumnya, sejumlah karyawan Twitter juga telah mengungkapkan kekhawatiran mereka. Menurut sumber anonim Reuters, para karyawan khawatir Musk bisa merombak kebijakan perusahaan sehingga tak lagi 'galak' pada pengguna yang kerap menebar konten menyesatkan.
Mereka juga khawatir bos Tesla itu bisa melemahkan upaya panjang mereka selama bertahun-tahun menjadikan Twitter sebagai platform yang sehat.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Twitter Dibeli Elon Musk, Ahli Khawatir Hoax Makin Subur