
Fenomena Flexing Kekayaan, Tanda Benar-benar Hidup Bahagia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Flexing alias pamer telah menjadi fenomena baru di era sosial media. Banyak netizen menyebut bahwa flexing sering kali dilakukan oleh 'orang kaya palsu' yang cenderung suka pamer harta kekayaan.
Pakar bisnis Profesor Rhenald Kasali, dalam channel YouTube-nya, mengungkapkan fenomena ini muncul tak lepas dari munculnya media sosial yang membuat orang terdorong untuk tampil dan mendapat pengakuan. Perilaku flexing dipahami sebagai sikap konsumtif yang mencolok, menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah dan layanan premium demi menunjukkan status atau kemampuan finansial.
Ada beberapa faktor yang membuat orang suka pamer di media sosial dan besar berkaitan dengan sisi psikologis seseorang.
Sejumlah penelitian menunjukkan ketika seseorang merasa sedih atau rendah diri, dia cenderung akan membeli barang-barang mewah. Dalam bukunya yang berjudul 'Brainwashed', penulis dan pakar pemasaran Martin Lindstrom menjelaskan bahwa anak-anak dengan kepercayaan diri rendah akan lebih mengandalkan memakai barang-barang high-end ketimbang mereka dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Menurut Ratih Ibrahim MM, Psikolog Klinis & CEO Personal Growth mengatakan bahwa kebahagiaan yang kerap dimaknai manusia umumnya selalu bersumber dari hal-hal yang bersifat materialistik. Namun hal tersebut ternyata bukanlah sumber kebahagiaan yang utama.
Kebahagiaan yang sesungguhnya datang dari bagaimana manusia memaknai hidup dan nilai-nilai yang dijunjung, serta mengupayakannya dalam keseharian. Kebahagiaan memang bisa saja hadir dari prestasi akademis, kemapanan finansial, atau jabatan.
Tidak hanya itu, temuan lain juga menunjukkan bahwa kebahagiaan yang nyata adalah ketika mendapatkan relasi sosial, bisa silaturahmi, relasi harmonis antara suami istri, dan keluarga.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kenapa Orang Kaya Asli tak Suka Pamer Harta?